Semalam tadi aku bermimpi
Tubuhku menjelma sungaisungai yang segera mengering di pagi hari
Setelah mataku kembali terbuka
Pada hitungan ketiga mimpi itu hadir kembali dari ingatan
Begitu jelas dan tidak terpecahpecah
Sebuah Bayangan bercerita tentang peta dari masa depan beriburibu tahun setelah tahun ini
Tahun dimana matahari menjadi merah semerah darah
Jaraknya dua jengkal dari kepala seluruh umat manusia yang ada di dunia
Bayangan itu berkata "Barang siapa yang dapat menemukan peta itu dapat menjadi yang paling berkuasa di dunia. Bisa menjadi abadi seperti api yang terus menyala takkan padam pada apapun alasan yang datang melanda. Takkan tertandinggi hingga kata kuasa itu lenyap dari kamus bahasa bersamaan dengan hilangnya peradaban"
Pada pertengahan menelusuri mimpi malam tadi tibatiba saja waktu berhenti
Jarum jam menunjuk pukul tiga pagi lewat dua puluh tujuh menit tiga belas detik
Tubuhku tidak bisa digerakkan seperti biasanya seperti ditindih batu besar sebesar rumah lantai dua
Sementara aku tercekat, sekelilingku matamata melirik tajam seperti pisau yang baru saja diasah menusuk jantung hati rasa tukutku yang memuncak
Tidak ada wajah yang pasti selain puluhan matamata merah menyala dengan bola hitam pekat ditengahnya
Kepalaku begitu berat rasarasanya tertimpa menara pisa dari dua arah kanan kiri depan belakang
Matamata itu seperti berbicara pada katakata yang tidak teratur sampai beberapa saat kutemukan satu kalimat utama yang berulang kali diulang
Kalimat itu senantiasa bergema dalam gendang telinga kanan menuju kiri lalu dari kiri menuju kanan begitu seterusnya
"Bahwa sebuah Peta Menuju kuasa dan Keabadian telah ditakdirkan lahir dalam tubuhmu. Sesungguhnya kami berjanji pada raja kami yang bermukim di gua yang gelapnya segelap darah kering untuk membawa tubuhmu, peta keabadian, sebagai persembahan di hari kelahirannya"
Sebelum aku sempat beranjak karena tidak bisa bergerak, sebuah tali kurasakan mengikat tubuhku semakin kuat, semakin erat, aku tidak kuat lagi
Rasarasanya tubuku begitu ringan, angin begitu kencang hingga membawaku ke tanah pekuburan, hingga akhirnya aku terbangun bersama mayatmayat tanpa kepala di sampingku
Yogyakarta, 2020