Perempuan Jalan Daun Telinga
Kutipan Cerpen Perempuan Jalan Daun Telinga
Karya pulangpulangpagi
Baca selengkapnya di Penakota.id

Telepon berdering

Ring…ring…ring…


Mulutku kering.

Dan aku mau kencing.


Aku sudah selesai kencing. Aku akan menceritakannya kepadamu karena aku sudah berjanji akan menceritakan kegelisahan ini. Iya, aku tau kita baru saja kenal satu minggu, tapi aku butuh cerita sama kamu biar lega ada yang mendengarkan. Aku tidak akan menundanya lagi. Iya, aku sungguh akan menceritakannya.


Malam itu aku melintasi Jalan Kelopak Mata setelah mampir ke rumahmu. Tidak seperti biasanya, aku biasa lewat Jalan Daun Telinga. Entah, malam itu aku amat bosan melewati jalan biasa. Pertokoan yang tutup begitu terlihat murung, apalagi lampu di jalan itu remang, dan berwarna kuning ke-oren-an. Juga, aku sering mendengar seorang perempuan paruh baya meraung-raung tidak jelas. Setiap aku melintas pada pukul setengah dua belas, perempuan itu pasti meraung. Karena jalan itu senyap, suara perempuan itu menjadi gema. Berpantul-pantulan hingga memekikkan telingaku. Bisa gila aku.


Ia seperti meneriakan nama seseorang, tapi tidak jelas terdengar.


Sebenarnya aku amat penasaran, siapa perempuan itu sebenarnya dan mengapa dia selalu meraung ketika aku lewat jalan itu. Aku berusaha tidak memikirkannya. Aneh, semakin aku menolak pikiran itu, pikiran itu malah terus datang menghantuiku.


Semalam tadi aku bermimpi. Anehnya mimpi itu seperti megulang situasi saat aku operasi mata dengan Dokter Tabuti. Aku jadi ingat perkataan Dokter Tabuti saat aku operasi mata setelah kecelakaan di gunung Pelarian. Aku sudah cerita padamu bahwa saat itu penglihatanku hilang karena kornea mataku robek. Mataku tidak bisa melihat sama sekali, hanya hitam, semuanya hitam. Jadi, saat itu kurasa telingaku lebih peka dari sebelumnya. Dan aku bisa mendengar jelas perkataannya. Ia berkata, “Kamu begitu beruntung, Rumah Sakit ini memiliki stok mata dari perempuan yang baru saja mati malam kemarin pukul setengah dua belas. Tapi, kamu tidak perlu tau kornea ini milik siapa yang penting matamu bisa kembali melihat. Ingat kamu tidak perlu tau. Apalagi, mencari tau sebab kematian perempuan pendonor ini. Itu bukan urusanmu.”


Saat itu aku mendengar desas-desus bahwa perempuan paruh baya yang tinggal di Jalan Daun Telinga disuntik mati oleh orang tidak dikenal. Jasadnya ditemukan di hutan belakang sekolah KIRANA, sehari setelah kematiannya. Dan yang lebih bikin ngeri, kedua matanya hilang. Anehnya, si pelaku begitu rapih mengambil kedua mata perempuan itu. Sampai sekarang pelakunya belum juga tertangkap. Amat kasihan.


Tukang sayur yang sering melintas di depan rumahku mengatakan bahwa ia memiliki anak perempuan yang sebaya denganku. Suaminya memang sudah lama mati, jadi ia sendirian saat anaknya pergi ke rumah temannya malam itu. Ia miskin dan tidak memiliki sanak saudara. Beruntung, anak perempuan itu diadopsi seorang pengusaha kaya yang punya banyak rumah. Tapi, aku tidak tau siapa nama pengusaha itu.

Kamu tau tidak. Aku sudah memimpikan itu tiga kali dalam bulan ini. Mimpi itu selalu muncul ketika aku menghindari Jalan Daun Telinga dan memilih lewat Jalan Kelopak Mata. Lalu, apa kaitannya, mimpi itu dengan Jalan Daun Telinga. Aku sama sekali tidak mengerti.


Bunyi tiang listrik dipentung satu kali.


Duh! Sudah begitu larut. Apa kamu belum mengantuk. Kenapa kamu dari tadi diam saja, tidak menjawab ceritaku, merespon ceritaku. Jangan-jangan kamu tertidur ya, weii.


Nahh, bersuara juga kamu akhirnya. Kirain sudah di alam mimpi nun jauh disana. Apa. Coba kamu ulang lagi perkataanmu. Aku tidak jelas mendengarnya. Hei! Yasudah kirim pesan saja di ruang percakapan whatsaap.

Notifikasi dari Monita.

(Ketuk untuk membuka)

“Perempuan itu adalah ibuku”.




30 Mar 2022 10:36
68
Yogyakarta, Indonesia
0 menyukai karya ini
Penulis Menyukai karya ini
Unduh teks untuk IG story
Cara unduh teks karya
Pilih sebagian teks yang ada di dalam karya, lalu klik tombol Unduh teks untuk IG story
Contoh: