a. Identitas Buku



Judul buku resensi : The Old Man and The Sea

Penerbit :Deera Army Pramana

Penerbit : Narasi

Tahun Terbit : 2018

Jumlah halaman : 163 hlm

Nomor Edisi terbit : ISBN 979-168-435-9

b. Sinopis

   Ernest Hemingway adalah seorang novelis, pengarang cerita pendek dan wartawan Amerika. Gaya penulisannya yang khas dicirikan oleh minimalisme yang singkat dan dengan gaya mengecilkan dari keadaan sebenarnya (understatement) dan mempunyai pengaruh yang penting terhadap perkembangan fiksi abad ke-20. Selama masa hidupnya Hemingway telah menghasilkan tujuh novel, enam kumpulan cerita pendek, dan dua buah nonfiksi. Karyanya yang paling fenomenal yaitu novel yang berjudul “ The Old Man and the sea”. Novel ini juga yang mengantarkannya meraih Pulitzer Prize tahun 1952 dan Nobel Prize tahun 1954 dalam bidang sastra.

   The Old Man and The Sea berkisah tentang Santiago, seorang nelayan tua yang melewatkan delapan puluh empat harinya tanpa menangkap sekor ikan pun. Kemudian dalam masyarakat ia disebut salao, yaitu bentuk terburuk dari ketidakberuntungan. Dalam kondisi itu ia berlayar ke Gulf Stream, yang letaknya di Samudra Atlantik. Siang harinya umpan Santiago dimakan oleh ikan Marlin besar- yag merupakan ikan marlin terbesar yang pernah ia lihat seumur hidupnya. Santiago harus berjuang berhari-hari untuk dapat bertahan di tengah lautan. Ia harus bertahan meskipun lelah, sakit karena kram dan terluka oleh sabetan ikan, dan hanya ikan mentah untuk mengganjal perutnya demi mencoba memenangkan pertandingan yang melelahkan itu.

   Hal yang akan dibahas pada artikel ini bukanlah kisah perjuangan Santiago melawan ikan Marlin besar itu, melainkan tulisan ini akan memberikan penjabaran tentang apa yang dapat diteladani dari perjuangan nelayan tua itu.

 Empat hari terombang-ambing di tengah samudra, hanya dengan ditemani oleh sebotol air yang sudah berkurang setengahnya dan ditambah dengan tarik-ulur melawan ikan Marlin raksasa mungkin mustahil bagi kita. Santiago harus berjuang melawan itu semua, badan yang lelah, ditambah dengan luka di tangan kanan akibat gesekan dengan senar pancing yang ditarik oleh ikan Marlin. Belum kram yag dirasakan oleh tangan kirinya dan pegal yang menjalar di sekujur tubuhnya membuat Santiago hampir kehilangan kesadaranya. Kalau bukan karena motivasinya yang besar sampai tidak lagi memperdulikan apa akibat yang akan menimpa tubuhnya.

  Para nelayan menyebutnya salao - yaitu sebuah istilah yang merujuk pada ketidakberuntungan, setelah delapan puluh lima hari berlayar namun tidak mendapatkan hasil apa-apa. Ia memang tua, tapi ia tidak lemah, dan pikirannya masih sehat seperti anak muda pikirnya. Ia mempunyai kekuatan dan motovasi yang besar untuk memenangkan pertandigan melawan ikan tersebut. Ia tidak memperdulikan pendapat orang tentang dirinya, hanya tetap berusaha dan tidak menyerah terhadap keadaan.

Kita tidak bisa menyenangkan semua orang

Mungkin sebagian dari kita sulit untuk tidak memikirkan omongan orang lain, terlebih jika itu merupakan omongan yang jelek bagi kita. Dalam bawah sadar kita terus memikirkan omongan itu seakan menjadi dogma yang mengakar dalam pikiran bawah sadar kita. Sadar atau tidak omongan itu akan berakibat pada apa yang akan kita lakukan selanjutnya. Itu akan membuatmu merasa tertekan, membuat mood-mu jelek, dan membuat kita merasa naif menanggapi orang lain. Ingat! Kamu tidak bisa menyenangan semua orang. Akui dan terima saja kalau ada yang menyematkan pendapat tanpa pikir panjang. Jika diumpamakan sebagai analogi, buatlah dirimu sebagai uang. Ketika Uang diinjak, diremas bahkan dibuang ke tempat paling kotor sekalipun nilainya tetap sama, itulah dirimu. Ketika dirimu dihadapkan dengan situasi yang buruk, membuat keputusan yang salah, tetaplah tegar. Ketika dirimu dilecehkan, didiskriminasi, dibuang dari suatu organisasi, ingatlah! Bahwa nilaimu tetap sama, bahwa kau tidak kehilangan something special about you.

Bodo amat ! Dipuji tidak membuat kita terbang dan Dihina tidak membuat kita jatuh

Itu merupakan salah satu quote yang sering saya lihat dalam kaos kaos motivasi. Dalam anggapan saya substansi kata-kata itu sangat berguna bagi kita jika sedang dalam keadaan down akibat perkataan orang lain. Bersiakap bodo amat itu perlu. Konteks bodo amat bukan berarti kamu tidak perduli dengan apapun, melainkan hanya perduli terhadap hal-hal yang sangat penting bagimu. Jangan buang energimu untuk memikirkan sesuatu yang kurang penting, atau memikirkan omongan orang. Dirimu lebih dari itu. Seperti quote diatas ‘ dipuji tidak membuat kita terbang dan dihina tidak membuat kita jatuh’. Hal yang menentukan akan seperti apa kamu adalah dirimu sendiri bukan dari orang lain.

Jangan pernah menyerah dan terus percaya diri

Seperti kisah Santiago, ia terdampar, mempertahankan kail berhari hari dalam samudra yang luas hanya demi ketidakpastain. Mengapa saya katakan begitu? Karna sunggguh! Santiago tidaklah tahu apa ia akan mendapat ikan itu atau tidak. Tidak ada jaminan akan itu. Lalu apa yang membuat nelayan tua itu dapat bertahan sampai akhir?. Ialah motovasi yang tinggi untuk tidak menyerah dan percaya terhadap hasil yang akan diperoleh. Ada pepatah mengatakan “proses tidak akan menghianati hasil”. Itulah yang harus kita tanamkan dalam diri kita. Ketika kalian gagal, jangan pernah menyerah, bangkitlah! Karna apa yang kita tanam itu yang kita tunai.

Sebenarnya masih banyak hal yang dapat kita teladani dari kisah Santiago, namun initinya, novel The Old Man And The Sea mengajarkan kita tiga hal, yaitu, kita tidak dapat menyenangkan semua orang, bersikaplah bodo amat terhadap omongan orang, dan jangan pernah menyerah dan terus percaya diri, meskipun kita tidak tahu apa hasil yang akan kita peroleh kedepannya. Sekian dan terimakasih. (Dilansir dari berbagai sumber)