Kita tak bisa mereka bagaimana jadinya nanti. Kepulangan bisa jadi sebuah susunan perpisahan yang panjang dan dingin. Kita kembali ketempat di mana pelukan berasal.
Sebab, tubuh kita jalan bagi pertemuan-pertemuan. Dan pertemuan adalah ruang kelas yang tak pernah membosankan. Kita pernah berpapasan, kau duduk di depan kelas dan aku siswa malas yang duduk di bangku belakang. Hanya kau dan aku yang belajar menghidu baumu dari kejauhan. Kau menengok kepadaku tiba-tiba, aku menengok kesedihan yang akan datang di rentina mu yang terpantul juga mataku di dalamnya.
Lalu kita diam, menyelami kegamangan kita masing-masing sampai bel itu menyalak. Tanda bagi masing-masing dari kita untuk pulang.
Menikmati langkah demi langkah dengan bergandengan, menyanyikan lagu-lagu demi mendamai-damaikan hati. Tawaan yang berubah menjadi entah apa di persimpangan itu. Kita pulang di jalan yang berbeda. Saat itu langit begitu malam, kita sama sama memandangnya. Sebuah pernyataan selalu menyembul dalam benakku setelah itu, jika tidak di darat kita bertemu, bisakah di langit kita menyatu?.
16.3.20