Hingar bingar gelombang suara mereka
yang bercerita tentang fitnah asik nan fiksi.
Membawa hawa dosa dalam atom-atom
atmosfir yang semakin menyesak.
Bahagia yang ia penuhi dengan lontar
kata oleh si lidah tak bertulang.

“Ha ha ha ha hanjinglah kau” pula
“kopantek lah wey” terlontarkan
bak toak satpol PP memergoki gepeng.
Kibasan rambut yang sedang menahan malu
pun dihiraukan oleh dia yang tak bertulang itu.
Ada pula kain penutup “mahkota” sebutan
untuk juntaian helai indah nan menggoda
tak dipakainya sebagai benteng nafsu.

Bercakap ria bersama kata kotor
mula terik hingga matahari berpamit.
Gadis jelita bersama bibir nan hina.
Awas bumi kan marah mendengarnya~,
awas~ alam kan benci menyaksikannya,
awas binatang pun kan balik menghina .

Jatinangor, 2018