Menulislah dengan jujur, katanya.
Lalu aku menulis demi memerdekakan kata yang tak sanggup terucap sambil menatap mata.
Mereka mendadak tuli ketika ku bersuara.
Menutup telinga seolah opiniku bualan belaka.
Maka tak akan kusumpahkan mereka seketika buta.
Pun sekonyong-konyong lupa aksara kala kusuguhkan deret kata goresan tinta.