Sekumpulan cerita dari balik penjara ini sudah berulang-kali dibaca, tapi rasanya tetap sama saja (pahit-pahit-manis). Menurut salah satu ceritanya, buku terbitan marjinkiri ini tidak ditulis oleh seorang penulis. Melainkan seorang laki-laki yang dilahirkan dari seorang ibu seniman dan ayah sastrawan. Ia sering mengirimkan "Surat untuk Petugas Pembaca Surat di Penjara". Jadi pantas saja cerita-cerita dalam buku ini tersusun rapi dan mengalun di kepala.

Dari setiap cerita yang pahit dalam buku ini selalu saja ada sekantung gula pasir didalamnya, membuat senyum-senyum sendiri tanpa sadar. Belum lagi ditambah dengan "Hidangan Aleppo" yang serupa bom (mengejutkan) di lidah.

Satu-satunya cerita yang murni manis dalam buku ini adalah "Membikin Perhitungan Bersama Ibu". Memang dari judul saja sudah terasa manisnya. Walaupun cerita ini adalah fiksi, tapi seorang ibu tetap dikemas menjadi ibu yang nyata. Apapun hal asal bersamanya selalu manis-hangat, bahkan saat tenggelam di lautan sekalipun.

Tiga belas cerita ringkas dari balik penjara ini membuat pertanyaan: apakah orang-orang di balik kurungan penjara adalah benar sekumpulan orang jahat? Sedangkan keadilan sudah lupa dengan peri kemanusiaan, sedangkan keadilan sudah menghamba kepada kekuasaan. Tiga belas cerita ringkas ini mengungkap-mempertegas hal-hal itu tanpa ada katanya yang membekas dalam benak "Nazan Petugas Kebersihan".