Info Buku:
Judul: Dhaeng Sekara
ISBN: 978-602-978-282-0
Penulis: Agus Sunyoto
Penerbit: DIVA Press
Rilis: Oktober 2010
"Dhaeng Sekara" merupakan salah satu dari dua novel sejarah karangan Agus Sunyoto bertema sejarah Majapahit selain "Mahapatih Mangkubhumi Majapahit Pu Gajah Mada". Terbit pada medio 2010 silam, pengarang serial Syekh Siti Jenar memakai konten khusus bagi novel lawasnya dengan atribut judul garis bawah; Telik Sandi Tanah Pelik Majapahit. Bicara banyak hal tidak hanya soal sejarah, melainkan juga kontruksi adat, budaya, serta penggunaan bahasa sansekerta.
Tidak banyak novelis nasional berpengetahuan sejarah mendalam dan luas seperti Agus Sunyoto. Bisa dilihat dalam Dhaeng Sekara, catatan sejarah ditampilkan cukup otentik. Misal, saat Agus Sunyoto mengisahkan I La Tanriasawangi memilih jalur pelayaran utara ke arah Masalembu untuk menghindari sergapan Kelompok Bajak Laut Singha Lodra. Sesuai dalam pupuh 14/3 kitab Nagarakretagama karya Mpu Prapanca pada abad ke-14 ketika nama Makassar disebutkan sebagai salah satu daerah taklukan Majapahit.
Dari catatan sejarah kitab Nagarakertagama, menunjukkan ada hubungan kuat antara Majapahit dengan orang-orang Bugis dan kawasan Bonerate, Bukit Majapahit. Mahesa Sekar dalam sebuah misi besar bersama dengan I La Tanriasawangi, memperjuangkan harga diri Armada Luwuk yang pada saat itu termasuk salah satu daerah kekuasaan Majapahit. Masa-masa genting pemberontakan yang terjadi pada era kepemimpinan Diah Kertawijaya, digambarkan teramat laik.
Membaca Dhaeng Sekara, serasa mirip-mirip ketika membaca Arus Balik karangan Pramoedya. Banyak tempat dan peristiwa yang diberdayakan dengan sangat baik untuk membantu jalannya alur cerita. Terutama nama-nama tokoh; punya karakter kuat.
Dhaeng Sekara mengisahkan perjalanan panjang dari Mahesa Sekar, salah satu trah bangsawan istana untuk mengemban tugas khusus dari Bhre Tumapel, Diah Kertawijaya. Bekerja sebagai mata-mata dan melaporkan secara khusus keadaan wilayah-wilayah Majapahit yang tengah dilanda konflik. Terlebih, selepas Istana ditinggalkan Patih Mangkubumi Gajah Mada.
Mahesa Sekar yang juga murid dari Sunan Gresik tersebut, diceritakan secara panjang dan runtut. Menemui berbagai hambatan dan tantangan-tantangan berat sebagai seorang kesatria dari setiap tempat yang dikunjunginya. Sangat menarik karena Agus Sunyoto, serasa tidak salah memilih tokoh utama yang amat penting kehadirannya dalam sejarah besar masa-masa senja Majapahit.