Sebagaimana aku telah menyebut namamu dalam kalimat waktu
Pada tetesan daun air hujan di saat kemarau
Dari sana tercuat makna perpisahan meski selalu menjumpa
Seperti matamu yang menjelma doa-doa dalam baikku

Daripadanya terpatri sebuah tangan yang menggenggam
Pada angin yang selalu menghembus
Dalam syahdunya malam di pantai dan ombak
Dalam sebuah pertemuan penuh kata

Dan aku mencari sebuah gemerlap dalam kegelapannya
Manakala dirimu muncul dalam fajar yang akan terbit
Dari balik wajahku ku mengenalmu
Dengan guratan senyum yang menawan

Kau yang selalu saja jujur dalam ucap
Seperti gugurnya daun di musim kemarau
Tak ada yang mengira dalam benakmu
Tersimpan tebu yang amat manis

Dalam dirimu membentuk sebuah ukiran kekayuan
Setiap gejolak kau bercinta
Sebab darisitu adalah makna terpenting hidupmu
Untuk hidupmu yang lain

Dan di sudut itu aku selalu berbahagia
Pada dasarnya kebahagiaan tak boleh ditanam
Apabila telah dituai hasilnya
Apapun itu