"Cai" part 1
Cerpen
Kutipan Cerpen "Cai" part 1
Karya ridwaniiky
Baca selengkapnya di Penakota.id
dan itulah pandangan saya tentang cara pengendalian BBM bersubsidi agar dipakai secara bijak” tulis Beni di kesimpulan dari skripsinya.
“akhirnya selesai juga skrisinya” ujar Beni dengan puas.

Selesai wisuda di salah satu universitas di kota malang, ayah Beni berkata “ben, karena kamu udah lulus dengan nilai yang memuaskan, ayah mau kasih hadiah nih, udah ayah siapin dari jauh hari” “jangan ditolak, kalo ditolak ayah marah nih” ujar ayahnya lagi setelah beni baru ingin berkata untuk menolak “terima kasih ayah, ayah mah top banget dah” ujarnya sembari memberi dua jempol “hadiahnya digunain yg baik ya ben, jangan dipake buat aneh aneh” ujar ibu beni “emang apa hadiahnya bu?” tanya beni “ ayo kita ke parkiran, hadiahnya udah ada di sini” ujar ayah beni, beni makin penasaran. Setelah sampai di parkiran ada sebuah truk yang mengangkut sebuah mobil double cabin. “ maaf, benar ini dengan bapak naim” “ya, benar” ujar ayah beni “ini pak kami dari dealer sumber berkah motors mau mengantar mobilnya” “bener yah ini buat beni” “iya ben, kan kamu sering bilang kalo udah gede mau punya mobil pick up mewah” ujar ayahnya. Setelah serah terima mobil, ayah beni berkata “ ben, barang kamu kan masih banyak di
kostan kamu, nanti kamu nyusul ke pasar minggu sekalian bawa barangnya, ayah sama ibu mau pulang duluan, soalnya kasian om mande jagain si fatimah terus dari kemarin” “sekalian kamu
pamit sama temen kamu di kampus, di kostan..” “baik baik ya sayang” ujar ibunya. Beni pun bersalaman kepada orang tuanya.

Setelah pulang ke kostan, disana beni mulai mengepak barangnya dibantu dengan dua temanya. “ben, lo pergi naik apaan, kalo udah deket taun baru kayak gini kereta udah pada penuh, bus juga
penuh, kalo pake pesawat kan mahal” ujar purbo “gua naik mobil baru dong bro” ujar beni sedikit sombong “ halah baru punya mobil aja udah sombong lo, gimana punya pesawat, udah setinggi lagit kali sombongnya” ujar febri dengan nada agak mengejek. . “ben kalo boleh gua mau numpang dong, kebetulan, tadi keretanya udah penuh,
kalo naik bus males bawa barangnya” ujar purbo “boleh aja, kan mayan bisa gantian nyetir mobilnya” “kalo emang mau, buruan di siapin barangnya” ujar beni “feb, lo gak mau ikut juga” ajak beni “gua udah beli tiket kereta tadi siang, masa dianggurin, kan sayang” ujar febri “yaudah,
bo, buruan diberesin barangnya” “wokeh bro”.
Esok paginya, beni dan purbo memasukan barang ke mobil beni dan berpamitan ke ibu kost
“ben, ini ibu ada sego pecel buat makan siang di jalan, lumayan gak usah beli di jalan” “makasih

banyak ya bu, ibu pengertian banget” ujar beni “kita pamitan dulu ya bu” ujar purbo “assalamualaikum” “waalaikum salam”.
Setelah pamitan, mereka pergi meninggalkan kota rantauan mereka, malang. “eh ben, jakarta kayak gimana ya sekarang,” ujar purbo “kalo gak salah udah ada gubernur baru, sama udah mulai proyek mrt” jawab beni. Di tengah perjalanan, mereka menepi di jalan untuk makan siang dengan sego pecel yang dibawakan oleh ibu kost “unyuk yu bun (enak ya ben)” ujar purbo dengan mulut penuh “telen dulu tu makanan, keselek gua gak tanggung ya..” ujar beni. Saat sedang makan, dari kejauhan terlihat ada orang yang sedang dikejar oleh sekelompok orang “bo, kalo lo gak bayar utang nanti dikejar kayak orang itu lho” ujar beni “yaelah ben, Cuma 100.000 doang mah gampang, gausah
kali pake begituan” ujar purbo . Ternyata orang yang dikejar itu mendekat ke arah mobil beni “ben, kok tu orang malah ke arah kita?” ujar purbo. Lalu orang itu mendatangi mobil beni dan mengetuk pintu, beni membukakan jendelanya “tolong mas, saya dikejar” kata
orang itu dengan panik “tapi, mas itu….” Belum selesai purbo berkata, orang itu sudah meringsek masuk dan mobil dengan sendirinya berjalan dengan kecepatan penuh. Setelah mobil berjalan dengan sendirinya selama beberapa ratus meter, mobil itu berhenti sendiri dan menepi di bahu jalan. “sebenarnya mas ini siapa?” tanya purbo “maaf saya mengejutkan anda, saya tadi dikejar oleh intelejen” ujar orang itu “nama saya wicaksono hadimulyo, pangil saja mas cak” ujar mas cak “bapak ini buronan intelejen ya” ujar beni dengan nada agak tinggi “saya Cuma punya data yang sangat penting, Cuma itu” ujar mas cak sambil menujukan sebuah flash disk “tapi mas cak mau kemana, kalau saya ingin pulang ke jakarta” ujar purbo “wah, kebetulan, saya mau ke ciraos, di daerah bogor” ujar mas cak “bogor ya, hmmm, kalau begitu bapak nanti saya antar ke terminal kampung rambutan, kebetulan rumah saya di pasar minggu” ujar beni “gak usah mas, nanti saya tunjukin jalan pintas” ujar mas cak “saya belum pernah , mas tunjukin jalan ya” ujar beni “siap mas”.

Setelah perjalanan dengan mengobrol ringan dengan mas cak, akhirnya beni dan purbo serta mas cak sudah sampai di solo. “wah, kayaknya udah sore, kita nginep disini aja dulu, atau ada yang
mau gantian?” ujar beni “gua males ah ben, mas cak mau nggak” ujar purbo sambil ngulet (apa ya ngulet itu…-penulis) “yaudah mas, saya gantian aja” ujar mas cak “ok mas 86” ujar beni. Lalu beni pergi ke belakang bersama purbo, dan mas cak ke kursi pengemudi. “bo, itu liatin mas cak, takutnya malah dibawa kabur ni mobil” ujar beni berbisik kepada purbo “yaudah, gua kedepan ya” ujar purbo. Setelah purbo pindah ke depan, benipun terlelap.

Saat beni bangun, dia sudah berada di daerah bogor. “mas cak, gak tidur dulu, udah semalaman gak tidur” ujar beni “walah mas e udah bangun, gak usah mas, saya aja, lagian dikit lagi kok sampe ciraos” ujar mas cak. Akhirnya beni hanya bangun melihat pemandangan di sekelilingnya. "wah, bogor majunya pesat banget, udah banyak bus listrik” ujar beni, mas cak hanya menganguk singkat. Akhirnya purbo bangun “woaahm.. udah sampe mana nih?” ujar purbo “halah lo tidur mulu sih” ujar beni “lo semalem tidur, berarti yang liatin mas cak siapa?” bisik
beni “tau ah, gua ngantuk semalem, toh kita masih ada, mobil masih ada” ujar purbo. Akhirnya mereka sampai di sebuah desa kecil bernama “nah ini ciraos” ujar mas cak. “wah desanya sepi ya” ujar beni “iya, desa ini masih sangat sepi, desa ini sangat terisolir” ujar mas cak
“tapi buat apa mas cak kesini” ujar purbo “waktu kemarin saya udah bilang, kalo saya punya data sensitif” ujar mas cak “saya itu salah satu agent dari C.A.I” ujar mas cak “C.A.I mah bahasa sunda atuh mas” ujar beni “artinya air” ujar beni lagi “bahasa sunda?” ujar mas cak bingung “iya mas, masa sering ke sini tapi gak tau bahasa sunda” ujar beni “ok, cai yang saya maksud adalah Ciraos Agency Intelegent, ” ujar mas cak
menjelaskan. Beni dan purbo mangut mangut. Mereka terus berjalan di jalan tanah selama beberapa saat, hingga melihat sebuah bangunan yang terbuat dari bilik (anyaman bambu) dan seperti rumah desa pada umumnya, tetapi hanya 1 rumah itu saja . Mobil berhenti di tempat yang agak jauh dari bangunan tadi. “yaudah, saya turun aja di sini ya" ujar mas cak “ok, ” ujar beni. Setelah pamitan, mas cak berjalan menuju ke bangunan bilik itu. “benar benar orang misterius” ujar purbo “dan juga ramah” ujar beni. Mereka pun kembali melanjutkan perjalanan ke jakarta sambil mengobrol tentang kejadian yang terjadi sehari semalam kemarin “jangan jangan mas cak itu agen agen cia gitu, kayak di film” ujar purbo “iya kali yak, soalnya bener bener mirip” ujar beni.

setelah beberapa lama, Mereka pun sampai di daerah kota “wah benar benar banyak perubahannya, lebih seperti masa depan” ujar beni. Mereka berjalan melewati gedung pencakar langit, mereka melihat bus listrik berkeliaran di kota, dan jalanan sepi. “sedikit aneh, kenapa bogor jalanannya sepi banget yak, siang begini harusnya sih emang sepi, Cuma gak kayak gini juga sepinya” ujar beni “yaelah ben, macet lu sumpahin, sepi lu tanyain, kasian jalanan gak pernah bener” ujar purbo menjawab ngasal. Mereka memasuki tol legendaris, tol pertama di indonesia, tol jagorawi yang keadaannya sepi seperti waktu pertama di buka. Saat mereka masuk gerbang tol yang terlihat baru direnovasi. Saat mereka masuk, dan hendak membayar, mereka dikejutkan ternyata tidak ada orangnya “wah otomatis ya” ujar purbo kagum. Beni sudah mengantisipasi akan ada peraturan baru tentang transaksi tol yang dia baca di menit.com. Dia mengeluarkan uang elektronik . Purbo melihat ke arah papan informasi tarif tol dan melihat harganya adalah 2.000 S, purbo merasa ada yang aneh dengan satuan mata uangnya, bukan rupiah tapi malahan S, purbo berpikir itu adalah satuan yang dipakai di uang elektronik adalah S, ntah apa itu S, soto kudus mungkin, yang purbo yakin mungkin sejenis dengan token game, purbo berpikir. Beni
menempelkan kartu itu ke mesin tersebut dan terbukalah gerbang tol itu, beni tidak memperhatikan apa yang dilihat purbo, jadi purbo semakin yakin memang itu seperti itu sistemnya.
Mereka melaju di tol dengan lancar, tanpa macet sedikitpun. Setelah beberapa lama melaju, mereka melihat ada mobil kesukaan beni lewat di samping mereka “ajigile ajikonde tuh mobil,ngebut amat, ada kali 200 km/jam” ujar purbo kaget “wow itu mobil listrik, mobil dengan akselerasi tercepat di dunia, mobil Tesla model S” ujar beni kagum “tapi.. tesla kan belum masuk ke pasar indonesia” ujar beni lagi “pokoknya mobil itu ngebut banget plus nggak ada plat
nomernya” ujar purbo “perhatiin aja lo bo” ujar beni. Setelah setengah perjalanan, purbo merasa lapar “eh ben, lo laper gak, berenti yuk di rest area” ujar purbo “oh iya, kita kan emang belum makan ya, kita baru makan sego pecel sama ngemil doang di mobil” ujar beni agak kaget setelah sadar dia belum makan. Karena mereka sama sama
setuju, mereka menepi di sebuah rest area yang terlihat. Rest area itu juga seperti gedung gedung yang lain di bogor, sangat modern.
09 Mar 2018 11:01
361
Kota Bogor, Jawa Barat
0 menyukai karya ini
Penulis Menyukai karya ini
Unduh teks untuk IG story
Cara unduh teks karya
Pilih sebagian teks yang ada di dalam karya, lalu klik tombol Unduh teks untuk IG story
Contoh: