Didepan teras rumahku kamu bercerita, suatu malam aku berbaring merasakan pedihnya cinta yang bertepuk sebelah tangan. Mengapa aku dan semua orang yang aku cintai memilih orang-orang yang memperlakukan aku, seperti aku bukan siapa – siapa? Ucapnya
Sambil membakar rokok aku merasakan apa yang dirasakannya.
Kamu menerima cinta yang kamu pikir pantas kamu terima, apakah kamu sudah merasa kamu pantas menerimanya? Ucapku
Apa kamu pernah mendengar kisah tentang patung pujangga Preseren?
Preseren adalah pujangga besar Slovenia. Ketika berumur 34 tahun, Preseren pergi ke Gereja dan melihat seorang gadis remaja, Julia Primic dan ia pun jatuh cinta, sebagai pujangga ia mulai menulis puisi untuk si gadis dan berharap suatu hari nanti akan menikahi pujaan hatinya itu.
Ternyata Julia adalah puteri keluarga kelas menengah atas. Selain di Gereja Preseren tidak pernah berkesempatan mendekati Julia, namun pertemuan di Gereja memberi inspirasi bagi puisi Preseren yang terbaik, yang membuat namanya menjadi legenda. Di tengah alun-alun kecil di Slovenia, patung pujangga itu menatap sesuatu. Jika mengikuti arah tatapannya itu, kita akan melihat, diseberang pahatan wajah seorang perempuan di sebuah batu disalah satu rumah. Itulah tempat tinggal Julia. Bahkan setelah matipun, Praseren tetap menatap kekasihnya yang tak sampai.
Apa jadinya bila pujangga itu berjuang sedikit lebih keras?
Apa jadinya bila kamu berjuang untuk memperbaiki versi dirimu dan mencintai dirimu sendiri?