Topik pembicaraan yang paling kita hindari adalah topik tentang cinta, kabut tipis turun pelan-pelan dilembah tempat kita camping.
“ Kita harus bicara tentang cinta,” Ucap Karin.
Kamu tahu bagaimana aku beberapa bulan terakhir ini. semenjak kamu mengatakannya, dimalam waktu kita berputar-putar mengelilingi kota, melihat gedung-gedung tinggi, lampu-lampu kota. aku tidak bisa berhenti memikirkannya. Ucap karin.
Jatuh cinta itu sarat resiko. Ucapku.
Aku pernah jatuh cinta sebelumnya. Rasanya seperti narkotika. Mula-mula mendatangkan euforia penyerahan diri, lalu beberapa hari berikutnya kamu menginginkan lebih banyak. Kamu belum kecanduan, tapi kamu menyukai sensasinya, dan kamu mengira kamu masih bisa mengendalikan semuanya. Kamu memikirkan orang yang kamu cinta selama dua menit, dan melupakannya selama tiga jam.
Tapi kemudian kamu terbiasa dengan orang itu, dan mulai bergantung sepenuhnya padanya. Sekarang kamu memikirkannya selama tiga jam dan melupakannya selama dua menit. Kalau ia tak ada, kamu merasa seperti pecandu yang membutuhkan morfin. Dan seperti halnya pecandu yang akan mencuri dan mempermalukan diri sendiri demi memenuhi kebutuhannya, kamu pun bersedia melakukan apa saja demi cinta.
Mengerikan sekali cara kamu menggambarkan cinta. Ucap Karin.
Kamu benar, caraku menggambarkan cinta sangat mengerikan, analogiku tidak cocok dengan malam romantis ini, kabut tipis yang turun pelan-pelan dilembah, udara malam yang dingin dan sebotol anggur.
Aku diam memandang kabut membakar rokok dan meminum anggur. Aku tidak tertarik lagi membicarakan sisi-sisi berbahaya percakapan mengenai cinta.