oranment
play icon
Mie ayam
Kutipan Cerpen Mie ayam
Karya riyadhel-afkar4821
Baca selengkapnya di Penakota.id

GLEDERR!!

Kilat menyambar, angin sepoi menjelma menjadi ganas, air menghantam tanah dengan cepat, tergenang namun tidak menimbulkan banjir, daerah itu penuh sekali dikepung oleh berbagai gunung dan bukit. pemerintah sudah tahu hal itu, oleh karenanya diciptakan selokan memanjang dari daerah ke daerah lain.

"Tidak bisa!, sepertinya kita harus berteduh dulu"

Sahut bapak, menembus rintik hujan, meski semakin lama berubah menjadi ribuan tetesan tebal. Dengan segera, Motor menepi ke sisi jalan, tepatnya depan warung mie ayam.


"Kita sepertinya harus menunggu reda terlebih dahulu, ya dek ya" seru bapak.


Orang seboncengnya mengangguk pelan, setuju. Merogoh saku adalah hal pertama yang dia lakukan, meraih handphone, kembali memandangi foto baru, indah sekali persahawannya, dan itulah hal barusan mereka lakukan. Pengulangan memori kembali terngiang-ngiang dikepala, tepat 4 jam lalu.

~•••~

"Ikut! Boleh yah, boleh dong!!".Aka memohon, memelas.


"Jangan, wahai Aka Sepriadi!. Langit sudah mendung dari kejauhan, pertanda akan hujan. Bapak takut kamu malah sakit, demam". bapak menyebut namanya dengan lengkap. tak biasanya bapak memanggil seperti itu, kecuali saat benar-benar kesal.


"Yah, masih jauh awannya juga pak. Lagian kalo aka bisa ikut, dapat mengenal secara mendetail persawahan keluarga kita pak!. Juga kalo bapak udah meninggal gimana?, aka yang ngurusin". Ucap aka, polos.


"Heh!, adek doain bapak mati?!"bentak bapak, tak percaya anaknya berucap hal seperti itu.


"Eh, maaf pak, hehe. Canda doang pak, aka doain semoga bapak panjang umurrrrrr, ya Allah Aamiin."jawab aka, mencoba mencairkan suasana. Ucapan nya memang selalu ceplas-ceplos, pantas saja bapak marah, tak hanya bapak, terkadang pada warga sekitarpun terkena imbas.


"Tapi iya juga sih, adek satu-satunya anak laki-laki yang bapak punya, diantara 4 bersaudara. yaudah ayo." Memang telah menjadi tradisi disana, laki-laki wajib memimpin segala hal, termasuk pertanahan. Meski baru 14 tahun, tapi sepertinya ini sudah cukup waktunya.


"HOREEE! CIHUY!, Ayo pak, keburu hujan nih!."

Entah apa yang ada dipikirannya, beda dengan anak lain yang suka keluyuran ke teman atau kafe. Aka lebih suka keluar bersama bapak, kemanapun itu ia ikut, termasuk sawah.


Angin sepoi-sepoi melewati setiap celah motor, segar sekali, juga pemandangan hamparan sawah, hijau merona memanjakan mata. namun itu bukan milik aka dan keluarganya, masih ada sekitar 30 menit perjalanan untuk sampai tujuan.

Rumah aka sekeluarga memang berada di desa, namun tak ada pegunungan juga hamparan sawah, tepatnya pinggiran kota.


"Asik sudah sampe!" Aka menikmatinya, makan angin di siang menjelang sore ini memanglah terbaik.


"Alhamdulilah." Bapak turun seraya menaruh helm di kaca spion, setelah parkir.


"Sawah kita yang mana pak?"sahut aka, polos. Maklum, baru pertama kali.


"Tuh, disana."seraya menunjuk kearah barat."bapak ada kenalan di daerah sini, dia yang selama ini mengurus sawah kita. Mang itok namanya. Kita sebaiknya mampir silaturahmi, sekalian lihat laporan hasil panen."

Aka mengikuti orang didepannya, begitu banyak anak seumuran bermain, terutama dilapang bola, bertelanjang kaki dan tanah gersang tak menghalangi mereka untuk terus bahagia.

GOOLLL!

tim lawan mencetak kemenangan, begitu meriah, anak-anak bersorak, mengepalkan tangan tinggi-tinggi ke langit. Meski begitu, tidak ada yang tersakiti, itu hanyalah permainan belaka.


"Oi!, dek ayo cepat!"sahut bapak.

"Oiya pak, lupa hehe." Aka Bangun dari lamunan. Sudah lama sekali, ingin rasanya aka bergabung, mengenang masa lalu. Semenjak dia pindah sekolah, mengikuti orang tuanya ke rumah nenek.


"assalamualaikum" bapak memberi salam.

"waalaikumsalam, eh pak ya'qub. Mari masuk!" bapak masuk, aka mengikuti dari belakang.

"Mari duduk pak. IBUU! tolong bikinin kopi sama teh manis!" Dia sadar bahwa bapak datang tak sendirian, apalagi terlihat masih remaja.

"Gimana kabarnya, Sehat mang?"bapak menyapa ramah.

"Alhamdulillah sehat atuh, kumaha sawangsulna-bagaimana anda sendiri."balas mang itok, tersenyum.

"Sehat dong, yang sakit mah pikiran, istri ngomel terus soalnya. Hahaha" tertawa bersama. Aka juga, senang memiliki seorang figur ayah yang mudah bergaul.

Tanpa basa-basi lagi, bapak menanyakan hasil laporan sawah seluas 5 hektar itu.

"Alhamdulilah, lancar bin selancar! Tahun lalu kita mengalami musim pancaroba yang tidak menentu, jarang hujan, malah musim panas mengalahkannya, Sehingga keringnya saluran irigasi. Namun sekarang, air berselancar menuruni lereng pegunungan, hingga irigasi terpenuhi olehnya. kemanapun arah memandang, disitulah sawah pak ya'qub tersayang, hehe." Nyengir, sesekali iseng berpantun.

"Lalu bagaimana dengan tanahnya? Apa terjadi longsor, akibat kelebihan air misalnya." Balas bapak, lenggang sejenak.

"Waduh bapak nih lupa ya, kan 2 bulan lalu saya disuruh untuk menanam tebu yang bapak berikan pada saya. Nah, saya tentu menanam berdekatan dengan saluran irigasi. Manfaatnya tebu tersebut dapat mendapat air yang cukup, sekaligus memperkuat tanah dengan akarnya" balas mang itok.

"Oh, iya. Saya lupa hahahaha, Berarti tumbuh subur dong, mantap lah. Daripada terbayang terus bagaimana keadaannya, mending langsung chek in aja." Bapak sadar dari kejauhan, awan hitam mulai menyelimuti langit, ingin cepat selesai. meski beberapa menit kedepan masih terbilang cerah.

"Oh, siap pak. Ayo mari-mari."


Langit sepertinya sedang baik kali ini, seakan menahan gemulan awan hitam dari kejauhan, demi ketiga orang ini. Persawahan melintang luas, dari ujung ke ujung termanjakan mata olehnya.

"Kau lihat dek, petani yang baik tidak akan membiarkan tanamannya mati termakan hama dan semak belukar. Inilah hasilnya, terlihat begitu indah." Sahut Bapak, mencoba mengajak anaknya menikmati alam. "Tentu ini semua berkat kuasa Allah swt. Juga berkat mamang tercinta kita!, betul gak, mang itok?!"

"Hahaha bapak bisa aja." Jawabannya terlihat datar, namun tersimpan mimik wajah salting dibaliknya. "Nah kita sudah sampai disaluran irigasi, terlihat jejeran tebu yang begitu indah nan lezat. Siapa pemberi bibitnya? Tentu, bapak ya'qub yang ganteng dong hahaha" balas mang itok, tak mau kalah.

"Hahaha bisa saja mamang tua ini." Lenggang sejenak, bapak memikirkan sesuatu. "Dek. Coba kau lihat, perhatikan lamat-lamat. Jadilah seperti saluran ini, air mengalir deras bersumber dari bukit ngarai, sampai berpulang ke ujung bukit kembali, tak sia-sia perjalanan mata air ini, memberi manfaat bagi siapa saja yang ia lewati. Hasilnya, sawah subur karenanya. berbagai makhluk datang dengan segala kebutuhan, mencuci pakaian, hilangkan dahaga, panggilan alam dan sebagainya. Pun pula bagimu, dek. Jadilah manusia bermanfaat dimuka bumi ini, laksana mata air. karna sebaik-baiknya makhluk adalah yang bermanfaat bagi makhluk lain." Bapak menerangkan, penuh antusias.


"Baik pak" aka mengangguk pelan, mencerna perkataan bapak. "Melihat sawah, aka teringat akan perjuangan para petani dalam menanam dan pemanennya. Kemudian hasilnya akan dinikmati oleh banyak orang." Mencari topik baru.


"Yoi dek, ibarat kata nih ye. Apa yang kamu tanam itulah yang kamu tuai. Bijaklah dalam berbuat, supaya tidak terjerumus maksiat." Lenggang sejenak. "Dek, coba kau perhatikan sekali lagi padi yang mulai mekar itu."


"Iya pak adek lihat." Aka menurut.


"Setelah menjadi mata air, tanamkan pada jiwamu ilmu padi ini. Perhatikan lamat-lamat, tanaman ini akan terus tumbuh, satu hari, dua hari, tiga minggu, sampai empat bulan seterusnya. Ia akan tetap tumbuh, namun ketika sampai masa puncak, bunganya akan tetap menunduk beserta daunnya apa pun yang terjadi, merendah diantara tanaman lain, namun manfaatnya tidak terkalahkan. Ingatlah dek ketika kau berada dipuncak kesuksesan, jangan lupakan orang dibawahmu , kawanmu, saudaramu, dan yang paling penting emak sama bapakmu." Tegas bapak. Inilah pentingnya peran bapak disamping anak, memberi sosok idealis, idola masa kecil sampai dewasa.










calendar
17 Mar 2025 06:09
view
19
idle liked
2 menyukai karya ini
Penulis Menyukai karya ini
close
instagram
Unduh teks untuk IG story
Cara unduh teks karya
close
Pilih sebagian teks yang ada di dalam karya, lalu klik tombol Unduh teks untuk IG story
Contoh:
example ig