Memory ini dengan seketika kembali teringat saat hujan membuat perasaan ini ricuh menjadi jadi.
Tetesan hujan sebagai backsoundnya perang bagi pengusik dada. Selimut lembut sebagai tameng jiwa yang bertahan atas luka.
Mata dan awan sama jadinya. Membendung air, untuk jatuh dalam satu kedipan mata.
Aku yang tidak mampu mengendalikan rasa. Rasa yang belum seharusnya ada.
Hanya dapat mencoba bersabar dan membuang rasa sepi. Sampai nanti benar-benar memiliki.
Bertahan menjadi yang terbaik di tengah-tengah busuknya huru-hara pemuda atas nama cinta.