Bicara Terang
Hancur kalut terperangah
retak jerit tiap kepala manusia
tiada lagi abjad yang suci kali ini
tak lain tertulis terang! segala yang nista
Lepas hancur tak kuemban segala rupa
bias bengis bermacam muka
topeng-topeng bajingan dan celotehannya
mengambil--merampas suara!
Meski gontai dan landai!
aku tak pernah takluk pada liku jalan yang berandal
setiap tempat yang terkikis eksekusi waktu
Tak akan pernah terjagal batas leherku
di tengah abad gila yang ramai ini!
malamku tetap gelap dan pekat
meski aku tak mampu menangisi mimpi
Meski tiap doa di langit terseret duka dan dosa
meski tiap manusia berkata adil di balik kejinya
meski semua jujur dalam kenaifan
meski tak ada satupun yang melihatku
dalam kebutaannya
Aku tetaplah aku!
aku tak mati-matiĀ
meski waktu, meski darahku, meski tempatku, meski segala yang tampak hancur di depanku
Ini tubuhku yang lunglai dan terombang ambing
segala yang rampung dan kusut di jiwaku
nanar dan nanah yang kumamah di mulutku
semua yang tampak busuk bagimu!
Tak kuhapuskan sedikitpun
hei Jakarta yang sengak dan congkak!
mari kita beradu takdir
garis mana yang lebih hancur
antara keramaianmu dan kesepianku
brengsek!
Jakarta Di Ujung Pena
Rizky Adriansyah