Di Ujung Kavling
Waktu terus membakar rokok
yang dipegang olehku, mereka, atau orang-orang di lain tempat, tapi tidak dengan umurnya
Di ujung kavling bau hujan membusur
lumpur mewangi sedikit demi sedikit
tak ada yang tau cuaca hari itu
kecuali suasana hati masing-masing
Malam begitu biru, sore begitu kuning, oranye bahkan keungu-unguan
tapi perihal warna, kita tak mengartikan sama sekali, bahkan yang terpilih hanyalah gelap
Sejujurnya malam, hitam lebih tulus
dibanding pelukan luas darinya
yang pergi diam-diam
Tapi, pudarlah guguran daun di sekitar kavling yang lapang, ketika senyumannya hilang
senyuman seorang yang dicinta, yang tak bisa kaumiliki seadanya
Dan kita bicarakan nada-nada, obrolan yang berjalan secara acak dan rahasia,
berpendar membenam, atau terbuka terutarakan
Jangan takut menangis,
isi hati itu bukan tentang perihal jenis kelamin
jika ada teman menangisi sahabatnya,
maka tempat tongkrongan itu, adalah tempat ibadahnya
Jakarta Di Ujung Pena
Rizky Adriansyah