Setiap Mata Itu Mengejamu
Tak ada tatapan yang benar membinar
dalam merindu
ia simpan sakit-sakit yang tertampung
dibuangnya ke muka bulan
lalu disisihkannya kata-kata yang tak diucapkan
Sama hilang pada pertemuannya
kata-kata yang membenam
pada tiap relung
yang menekan hari-hari
membenci waktu-waktu yang berjalan menerus
Hingga tiap pasang mata di jalan raya itu
mengeja namamu
tiap mata yang lelah itu mengeja rindumu
tiap mata yang terang itu mengeja kasihmu
dan pada saat kutatap mata yang menyala itu
Tak kudapati dirimu di sana
hanya menusuk dan membendung lagi-lagi
lalu, kuhabiskan semua yang tersimpan ini
pada kata yang tak dapat kaudengar, kasih
yaitu tangisan-tangisanku
Yang seperti diam
yang seperti tak tampak
yang tersirat pada wajahku
kala kau, tak lagi sekalipun mencari namaku
pada tiap rindumu, tak ada jalan menuju relungku
Tak ada yang mampu mengejaku pada tubuhmu
dan kata-kata yang mendidih itu
menjadi perih paling sejuk
pada kesendirianku
pada bulan di tiap malam-malam yang dingin
Sedingin engkau
juga pelukan-pelukan yang tertinggal
Jakarta Di Ujung Pena
Rizky Adriansyah