Seberkas Fajar
Kutatap terang menyilau
memburai kalut wajahku
rinai itu kan terus benderang
menembus sudut-sudut gelap
Sekelam tatap mataku
yang menatap leburnya peradaban
keji dan bengisnya licik manusia
yang mampu membeli apapun atas kuasanya
Kuresapi segalanya
menjual perih dan ringkihku
sakit yang kudapati atas kesadaran ini
dalam fajar bau mayat yang hilang
Terangi-terangi setiapnya
tiada malam tenang tanpa pengorbanan
Terangi-terangi setiapnya
terbenam itu belum tentu tiada!
Jakarta Di Ujung Pena
Rizky Adriansyah