Di Pelafalan Bibirmu
Hela sebuah jeda dalam pertanda
ku baca matamu di halaman terakhir: di batas kata paling sepi
kau diam--dalam perapalanmu
ada ribuan puisi di tubuhmu: haus mendingin
Lembar sephia tengah sembab
menerka ucapanku: diam-diam membacamu
penuh membunga dalam embun
kala pecah rona mata merinai luruh--tumbuh
Kuhabiskan malam
melalu-lalang berpendar
meluas dan pulas
jendera panjang--keberlanjutan
Tertidur di pelupuk dingin
ada kau yang berangan-angan
dalam ketiadaan
dan setiap bacaanmu--kau injak melulu
Seperti melepas dan terhempas
hampa tanpa melupa
kau buta pada rasa--karsa
setara di antara tubuhmu yang melebur
menjadi puisi
Tatkala mulai lirih
ada aksara yang kau ganti--berarti
di balik kamarmu di kelambu yang biru
sepertinya buku-bukumu habis
dan kau mengutuh--di tubuhku
Kita adalah malam yang petang
di antara gelap dan bayang
seperti rindu kumbang--pada bunga tua
di selasar doa pelafalan luas dalam dada
Pada sekujur tubuhmu
ada puisiku: terlepas dalam bacaanmu
perihal apa yang ku terka
perihal apa yang kau tulis
Kita adalah kata yang tak habis
meski mengertimu adalah--binasa
sebab halnya selalu ada yang tak terucap
dari bibirmu--kalap melenyap
Jakarta Di Ujung Pena
Rizky Adriansyah