Enyah Aku teriak--
gusar, biarkan aku tenggelam
mengubur mimpi yang pincang,
terasing di tubuh sendiri
Gurat luka, tusuk aku,
menjadi kalut,
mati berdarah-darah
Biar mabuk, biar tenggelam—
Kau cipta aku kembali:
menjadi nanar, menjadi busuk
Aku buta rasa,
tak lain—nelangsa,
membakar kelam, menelan malam
Tepat di kepalaku:
tak ada pesta Tuhan,
hanya sunyi yang jaduh.
Kubagi sakit ini—
menilik dunia yang payah,
hancur di banyak tempat.
Lalu bagaimana denganMu?
Aku telanjang, diperkosa kata,
makna-makna jadi liar,
memaksa logika--cacat
Dirundung aku,
diseret ribuan kepala dalam kamar,
pentar—parau doaku
Hanya Kau yang mengutuh di sana
Pada seteguk anggur kemarin malam,
Tuhanku, dunia lebih mabuk dariku
dan aku tersadar dalam mabukku—
Tetap, Kau Maha Segala.
Jakarta Di Ujung Pena
Rizky Adriansyah