Tarian Mayat Terakhir
Cukup! Sudahi mainan cahaya itu!
bintang tak pantas benderang
malam sudah letih menusuk-nusuk kalbu—aku membiru
Kusibak bara takdir di tiap nyala
membakar segala pikir
biar menembus waktu yang tak berarah
Aku murung di tiap sudut
raut muka samar, biadap, berjajar
menyergap di mana-mana
Sudikah aku memetik mimpi?
memilih jalan yang sudah terbaca
jika dunia telah papa dan usang
Air mengarak kering
luka dipupuk, dibungkam, dikubur
menjadi suara yang senyap
Dalam keramaian,
berapa luka yang bisa kubaca
sedang di secarik kertas
aku berdosa membunuh ribuan kayu
Di tepi laut, aku merampas juntaian pantai
meninggalkan jejak yang tak bisa kuhapus
Di mana wajahku bisa kutaruh?
Tuhan, kulihat nyata—aku terasing!
keramaian semakin gila, mengurus jasadnya sendiri-sendiri
Dan tak ada yang bertanya..
Mengapa dunia begitu cepat berubah?
Jakarta Di Ujung Pena
Rizky Adriansyah