Yang Lain Sibuk Bercinta Di Atas Tanah Air Yang Diperkosa
Usai dibunuh malam
aku menanap tinggi langit-langit
Gegap lelap semalam seperti mimpi buruk yang panjang
Berapa lama kita kan terjagal di kota-kota menjadi budak lapar
dan mengais cinta modern di tiap kepala manusia
dengan hati yang telah dibanderol sebuah harga
Sedang tanah-tanah terkulai lepas dari perut ibunya
air mengemban tiap sesak tangis mengguyur ribuan butir hujan
berharap mimpi segera berakhir
dan di tangan mereka pertiwi binasa
Aku kalap meranggas hancur di setiap remuk tulang
suara gusar dan guratan pena yang berulang!! berderu perlawanan
Tiap jengkal jejak kaki berandal mengais sisa harap di tengah kota megah yang kontras surga--neraka dan hukum jalan yang tetap kuikat di tiap kelut lucutnya tubuhku
Akar jiwa yang diperbudak hati yang diperkosa dan hak-hak yang terampas begitu mudahnya!
Tak lain berjejal bahasa liar mani dan darah tumpah di tiap tempat tusuk--menusuk dan menjual jiwa seperti sebuah transaksi sederhana
Negara telah terkapar membusuk sembunyi di balik tangan-tangan bajingan
kau mampu mengolah kata dan menjadi peluru di tubuhku mengkoyak rakyat kecil dan membunuh mimpi anak bangsa
Tapi Aku kan mengubah kata-kata menjadi benih tumbuh dan berakar besi menjadi rayap di rumah megahmu
menjadi bunga di pagar-pagar besarmu
dan terus-menerus menjadi jalar yang akan mengutukmu selamanya
Karena hanya keadilan satu-satunya mimpi yang tak akan pernah kuusaikan
dan kulihat banyak orang bercinta di dalam dunianya sedang di atas kaki mereka ibu pertiwi diperkosa penguasa jalang!!
Lantas, hei kaum muda-mudi teladan bisakah kau terus bermimpi besar dan mengejar hidup layakmu sementara tempatmu habis dibantai di setiap sudut seperti kau akan membangun istana mewah di tengah ladang kering tanpa air!
Di mana letak hati nuranimu, brengsek!
Jakarta Di Ujung Pena
Rizky Adriansyah