Resleting
Cerpen
Kutipan Cerpen Resleting
Karya sadewo_ak
Baca selengkapnya di Penakota.id
Jun
Dia tampan, rapi dan berakal, tapi selalu lupa menutup resleting celananya. Namanya Jun, anak bungsu dari tiga bersaudara, mereka bertiga adalah laki-laki. Kakaknya yang pertama sudah bekerja tapi belum menikah. Kakaknya yang kedua sudah menikah tapi belum bekerja. Lalu Jun, mahasiswa manajemen tingkat akhir: belum bekerja, belum menikah, dan selalu lupa menutup resleting celananya. Jun benci dengan kakaknya yang kedua sama seperti ia membenci resleting, karena mereka sama bebal dan keras kepala, lebih lagi karena teguran-teguran yang sering ia terima akibat dua hal brengsek itu. Sungguh, bagi Jun, tingkat kenyamanan sebuah tempat sangat dipengaruhi oleh sikap masa bodoh orang-orang di dalamnya. Dan salah dua hal paling masa bodoh yang Jun sukai hanyalah Guguk dan kakaknya yang pertama. Guguk adalah anjing kampung yang sudah Jun adopsi bahkan sejak ia belum bisa melek. Guguk bukanlah anjing yang menarik secara tampang, pun begitu dengan aktifitasnya sehari-hari. Guguk, layaknya anjing kampung di manapun, selalu tidak paham cara menempatkan diri. Guguk selalu meninggalkan kotorannya di manapun dia suka: di halaman, di dapur, bahkan di kamar kakak kedua Jun. Demi apapun, untuk alasan yang terakhir, Jun menjadi makhluk yang paling berbahagia dibuatnya. Jun suka Guguk dan Guguk suka Guguk.
Kakak pertama
Kalau anda bertanya bagaimana Jun bisa menyukai kakaknya yang pertama ketimbang kakaknya yang kedua, jawabannya sepele: Celana dan Guguk. Celana, tak peduli baru atau bekas, yang ia terima dari kakaknya adalah celana tanpa resleting. Ya, pembaca yang budiman tentu paham alasannya, dan saya tidak mau repot menjelaskan. Celana tanpa resleting, di manapun keberadaanya akan selalu dipuja. Selain tak perlu takut lupa, ia juga memudahkan para lelaki kesepian untuk mengisi waktunya dengan merancap. Kakak pertama Jun paham betul segala hal yang dibenci dan disukai oleh adik lelakinya dan adik lelaki manapun.
Ia juga menyukai Guguk meski tidak membenci adiknya yang kedua, yang bebal dan keras kepala. Kakak pertama Jun menyukai Guguk karena kelakuannya yang suka mengencingi pohon mangga milik tetangganya di depan rumah. Wajar saja, sewaktu kecil ia pernah dihukum menghadap tembok selama 5 menit dalam satu minggu karena didapati mencuri mangga milik tetangga di depan rumahnya itu. Sejak kehadiran Guguk, ia tidak perlu repot membalaskan dendamnya. Mereka suka Guguk dan Guguk suka mengencingi pohon mangga.
Kakak kedua
Pukul 12.35 menjelang subuh, di dalam kamar. Seorang pria duduk dengan setengah membungkuk, di atas kursi kayu yang lebih berumur darinya. Tangan kanannya menjuntai ke bawah dan jarinya sedang mengapit rokok yang barangkali tinggal dua atau tiga kali hisap. Tangan kanannya terlipat dan menyangga kepalanya, yang sedang mengarah pada sebuah teks kumal yang ia pungut dari lantai seusai terlempar dari saku kantung kemeja istrinya. Matanya merah dan menyala, sepijar lampu baca yang ia nyalakan. Perlahan ia buka teks itu, beserta kecurigaan-kecurigaan di dalamnya: Surat cinta, surat hutang, surat cerai, dan semua hal brengsek mencuat di kepalanya. Terdesak oleh penasaran, dengan mata merah dan menyala dan curiga-curiga:
Resleting: Sebuah trilogi
“Dia tampan, rapi dan berakal, tapi selalu lupa menutup resleting celananya. Namanya Jun, anak bungsu dari tiga bersaudara, mereka bertiga adalah laki-laki. Kakaknya yang pertama sudah bekerja tapi belum menikah. Kakaknya yang kedua sudah menikah tapi belum bekerja. Lalu Jun, mahasiswa manajemen tingkat akhir: belum bekerja, belum menikah, dan selalu lupa menutup resleting celananya. Jun benci dengan kakaknya yang kedua sama seperti ia membenci resleting, karena mereka sama bebal dan keras kepala, lebih lagi karena teguran-teguran yang sering ia terima akibat dua hal brengsek itu. Sungguh, bagi Jun, tingkat kenyamanan sebuah tempat sangat dipengaruhi oleh sikap masa bodoh orang-orang di dalamnya.”
“ah, aneh sekali.”
“Dan salah dua hal paling masa bodoh yang Jun sukai hanyalah Guguk dan kakaknya yang pertama. Guguk adalah anjing kampung yang sudah Jun adopsi bahkan sejak ia belum bisa melek. Guguk bukanlah anjing yang menarik secara tampang, pun begitu dengan aktifitasnya sehari-hari. Guguk, layaknya anjing kampung di manapun, selalu tidak paham cara menempatkan diri. Guguk selalu meninggalkan kotorannya di manapun dia suka: di halaman, di dapur, bahkan di kamar kakak kedua Jun. Demi apapun, untuk alasan yang terakhir, Jun menjadi makhluk yang paling berbahagia dibuatnya. Jun suka Guguk dan Guguk suka Guguk.”
“kukira apa.”
Seminggu kemudian, usut punya usut, ternyata teks kumal itu adalah penggalan cerpen yang dibuat oleh istrinya. Seminggu yang lalu.

*Cerpen ini saya buat sebagai penghargaan atas buku Bakat Menggonggong, karya Dea Anugrah.
09 Oct 2017 10:38
208
0 menyukai karya ini
Penulis Menyukai karya ini
Unduh teks untuk IG story
Cara unduh teks karya
Pilih sebagian teks yang ada di dalam karya, lalu klik tombol Unduh teks untuk IG story
Contoh: