IDEOLOGI ADALAH SAMPAH YANG TIDAK BERGUNA, APAKAH BENAR ?
Sebelum kita membahas tentang ideologi itu tidak penting; perlulah sekiranya kita memperjelas apa itu ideologi, karena ketidaksempurnaan definisi akan membuat konklusinya menjadi tidak benar. Lalu, apa itu ideologi? Ideologi adalah sistem pemikiran atau kepercayaan yang kompleks tentang nilai-nilai, tujuan, dan cara mencapai tujuan dalam berbagai aspek kehidupan, atau sering disebut sebagai landasan dalam berpikir atau mengerjakan sesuatu dalam kehidupan.
Dari definisi di atas, kita bisa mengetahui bahwa memiliki ideologi sangat penting sebagai petunjuk jalan kita dalam menjalani kehidupan. Karena tanpa ideologi, perjalanan hidup kita tidak terarah, seperti kapal yang berlayar di tengah lautan tanpa arah yang pasti. Dia akan terombang-ambing oleh ombak.
Maka, ketika hal itu terjadi, kembali lah ke dermaga untuk memulai perjalanan yang baru, dan dermaga itu adalah ideologi. Dikarenakan ada seorang filsuf dari Jerman yang bernama Martin Heidegger, ia mengatakan ideologi sebagai cara memahami realitas (proses mengenali, memahami, dan menganalisis keadaan atau situasi yang sebenarnya). Dari pernyataan filsuf ini, kita bisa lihat pentingnya memiliki ideologi tersebut supaya kita mampu mengidentifikasi apakah sesuatu itu baik atau buruk untuk kehidupan kita.
Karena orang yang berjalan bukan pada jalannya, maka dia tidak akan pernah sampai kepada tujuannya. Dan ketika kita salah jalan, maka kita harus memiliki yang namanya peta dan penunjuk arah supaya kita tidak tersesat dalam perjalanan. Dan lagi-lagi kita butuh atas landasan berpikir yaitu ideologi, dia sebagai pengarah atau petunjuk jalan kita di saat tersesat.
Lalu, bagaimana sekarang jika ada yang mengatakan lebih baik tidak memiliki ideologi daripada menjadi pengangguran, dengan alasan bahwa memiliki ideologi ini menghambat dalam menuju kesuksesan, dan banyak dari kalangan orang yang terkungkung dalam ideologi itu menjadi sampah-sampah dalam masyarakat? Kami rasa ini pernyataan yang salah. Bukan ideologi yang salah, tapi orangnya yang menggunakan ideologi itu yang bermasalah, karena ia tidak mampu mengembangkan dan tidak mampu memahami nilai-nilai dari ideologinya tersebut.
Karena kenapa dia selalu mempersempit pemaknaan dari ideologi yang ia miliki, sehingga apa yang terjadi dia keluar dari dasar-dasar ideologinya sendiri. Kami akan berikan contohnya dalam ideologi Islam yang berlandaskan Al-Qur'an dan hadits, dimana ada dalam Al-Qur'an disebutkan: "Taatlah kepada Allah dan rasul-Nya, dan kepada pemimpinnya."
Dalam konteks ini yang ingin kami bahas adalah kata-kata "taat kepada pemimpin". Dalam hal ini kita harus mampu meluaskan maknanya, bukan hanya sebatas taat kepada pemimpin saja, tapi kita harus memahami pemimpin yang bagaimana yang harusnya ditaati. Misal pemimpin yang harus kita taati adalah pemimpin yang jujur, amanah yang taat kepada Tuhan-Nya, serta pemimpin yang adil.
Akan tetapi, ketika kita mempersempit maknanya, maka kita akan terus menerus terdzolimi oleh pemimpin yang salah. Maka, dalam konteks ini kita harus mampu menelaah dan menerapkan ideologi kita itu dengan baik, supaya bisa bermanfaat dalam menjalani kehidupan kita sehari hari.
Disini kami akan memberikan analoginya, seperti orang yang sudah memiliki peta (ideologi) jalan yang diakui kebenarannya, akan tetapi dia tidak paham cara menggunakannya, maka dia akan terus menerus tersesat. Karena kenapa dia tidak pandai dalam menggunakan peta tersebut. Akan tetapi, ketika dia pandai dan jeli dalam menggunakan peta tersebut, maka dia akan sampai pada tujuan yang dia inginkan.
Lantas, disini siapa yang harusnya disalahkan? "Ideologi" atau "Orang yang berideologi?" Tentu yang salah adalah orang yang berideologi.
Kemudian kami akan memberikan analogi kedua, ada seorang yang ingin pergi ke Mekkah, akan tetapi dia tidak tahu jalan menuju ke Mekkah, kemudian dia nekat membuat peta sendiri, sedangkan dia tidak tahu jalan. Dimana dalam satu sisi ada peta yang telah diakui kebenarannya, akan tetapi dia tetap mengutamakan peta yang ia buat sendiri, sedangkan dia tidak pernah ke sana, maka sama saja hasilnya, dia akan tersesat. Lantas, siapakah yang salah? Petanya atau orang yang membuat peta yang tidak benar itu? Tentu orang yang membuat peta yang tidak benar itu yang salah.
Kemudian apa yang harus kita lakukan? Hal ini yang harus dilakukan adalah carilah peta (ideologi) yang sudah diakui kebenarannya.
Kesimpulannya adalah semua manusia butuh yang namanya landasan dalam berpikir atau yang disebut dengan ideologi, supaya kehidupan yang ia jalani itu tersistematis, dan kita harus mampu mengembangkan, memahami nilai-nilai dari ideologi yang kita miliki, supaya bisa digunakan dengan baik dalam kehidupan sehari-hari.
Dan ada ungkapan ahli sosial dari Jerman yang bernama Max Weber, yang berbunyi: "Ideologi adalah sistem nilai-nilai dan kepercayaan yang mempengaruhi perilaku sosial." Dari ungkapan ini, kita bisa lihat betapa berpengaruhnya ideologi dalam kehidupan sebagai peta jalan menuju suatu kejayaan.