PENJAMUAN TERAKHIR
Cerpen
karya @sayyid
Kutipan Cerpen PENJAMUAN TERAKHIR
Karya sayyid
Baca selengkapnya di Penakota.id

Sudah lama para pelancong bertamasya di kampung kecil tempat Saidjah tinggal. Mereka datang dari berbagai kota nun jauh di sana. Setiap kali ada pelancong baru, Saidjah selalu membuka pintu rumahnya dengan lebar. Begitulah Saidjah, terbuka kepada siapa yang datang.


Pelancong itu sangat gembira ketika datang ke kampung Saidjah. Tak ada liburan yang paling menyenangkan selain menyaksikan kekacauan, keterpurukan, dan kesendirian di tempat Saidjah tinggal. Bangunan kecil yang sudah lama usang seolah menjadi pemandangan yang menakjubkan. Ada yang mengambil gambar dengan kamera terbaik mereka, ada yang mempelajari bagaimana bagunan ini lama ditinggalkan, ada juga yang sangat penasaran siapa yang akan memperbaiki bangunan-bangunan usang tempat Saidjah tinggal.


Meski Saidjah tinggal di kampung itu sendiri, ia tak pernah merasa kesepian karena tempatnya selalu menjadi hal menarik untuk para pelancong yang sedang melakukan perjalanan. Mereka singgah sejenak, menikmati keindahan dari sudut kesendirian Saidjah.


"kalau memang sempat, berkunjunglah ke tempatku. Aku akan menyambutmu sepenuh hati dengan kalungun bunga air mata "


Tulisan itu terpasang begitu besar dipintu masuk tempat Saidjah tinggal, menggambarkan kesendirian dan kesedihan. Para pelancong itu biasanya hanya penasaran dengan keindahan yang banyak diceritakan orang-orang. Mereka datang, singgah, kemudian pergi.


Saidjah selalu duduk di ruang tengah rumah dengan meja makan yang melingkar, cukup untuk beberapa orang. Segala yang terbaik ia sajikan dalam rangka menjamu para tamunya itu. Pintu rumah Saidjah selalu terbuka lebar, para pelancong yang lewat biasanya masuk tampa mengucap salam. Duduk, menikmati jamuan, dan pergi. Saidjah tak pernah mempermasalahkan itu. Itu adalah tempatnya, yang pergi tidak akan dia larang, yang menetap tidak akan dia usir. Dia adalah tuan rumah yang berhak untuk mengatur segala urusan rumahnya sendiri.


Pada suatu sore berlatar senja, langit kuning kemerah-merahan dihiasi kunang-kunang yang belum terang. Tiba-tiba banyak pelancong datang ke tempat Saijdah tinggal. Para pelancong itu berdatangan entah dari mana dan tujuan akhirnya apa, tiba ke tempat itu berbondong-bondong. Kali ini, Saidjah harus menutup pintu rapat-rapat. Ia tak mungkin membiarkan mereka masuk begitu saja. Saidjah hanya memberikan jamuan, namun para pelancong itu berharap lebih.


Mereka rela menunggu Saidjah membuka pintu. Ada yang sabar, ada yang pergi, ada yang berkonflik, ada juga yang anarkis memaksa Saidjah membuka pintu untuk dirinya.


Kini, Saidjah harus pergi meninggalkan semua harapan lebih dari para pelancong yang datang. Ia membuka pintu kecil yang berada disudut lain, tersambung keluar dari kampung hancur yang indah itu, telah ditempati selama bertahun-tahun.


Bagaimanapun, Saidjah tak bisa menjauh dari para pelancong. Sebab dialah seindah-indahnya tempat bernaung. Ditengah perjalanan melarikan diri, Saidjah bertemu dengan seorang pelancong baru. Ia belum pernah bertemu sebelumnya, begitu asing.


"apakah kau suka bunga?" tanya pelancong itu, melihat Saidjah membawa sepucuk mawar yang sudah layu.


" Ya, tuan ".


" kenapa kau suka dengan bunga, nona?. Padahal semua keindahannya terdapat pada dirimu"


Saidjah kaget, dan menundukan mukanya


"Jangan menundukan muka mu, biarlah saya berbicara dan menatap bola matamu yang hitam itu"


" baiklah, tuan "


"saya senang dengan bola matamu yang hitam, karena kalau saya menatapnya, hanya terdapat banyangan saya di sana "


Kali ini Saidjah benar-benar merasa ada sesuatu yang berbeda.


" tuan, maukah kau membantuku?" tanya Saidjah.


" dengan senang hati nona"


" aku sudah menyipkan penjamuan terakhir untuk pelancong seperti tuan, jauh disuatu tempat yang sudah aku siapkan sejak dulu"


"sepertiku? "


" ya, tuan. Kau adalah aku yang lain "


Dengan modal kekuatan kepercayaan. Saidjah berani berjudi untuk perasaannya sendiri. Membawa pelancong itu ke penjauman terkahir yang telah ia siapkan.


13 Nov 2020 10:25
261
Gg. Kembang No.57a, Pd. Ranji, Kec. Ciputat Tim., Kota Tangerang Selatan, Banten 15412, Indonesia
1 menyukai karya ini
Penulis Menyukai karya ini
Unduh teks untuk IG story
Cara unduh teks karya
Pilih sebagian teks yang ada di dalam karya, lalu klik tombol Unduh teks untuk IG story
Contoh: