Cinta, Pernikahan, dan Sex.
Resensi
karya @sayyid
Kutipan Resensi Cinta, Pernikahan, dan Sex.
Karya sayyid
Baca selengkapnya di Penakota.id



Banyak orang mengira bahwa keharmonisan suatu keluarga didasarkan pada sector ekonomi. Letak kebahagiaan ditentukan ketika segala kebutuhan jasmani terpenuhi. Bila kita termasuk orang yang berfikiran bahwa uang adalah sumber kebahagiaan, melihat sudut pandang lain dalam pernikahan perlu kita lakukan. Untuk keharmonisan suami dan istri, hal yang tak kalah penting diperhatikan adalah masalah nafkah biologis.


Banyak kasus perceraian karena perselingkuhan baik suami maupun istri yang disebabkan karena tidak terpenuhinya kebutuhan biologis keluarga. Kemudian, muncul beberapa alternative untuk mereka yang mempunyai masalah tersebut. Seperti pengobatan lemah syahwat,obat kuat, dan pengobatan tradisional. Namun, apa jadinya jika semua cara telah dilakukan tapi ‘burung’ seorang laki-laki tetap tertidur dan tidak mau bangun apalagi seletah menikah?.


Hal itu dialami oleh Ajo Kawir, Tokoh utama dalam novel Seperti Dendam, Rindu Harus Dibayar Tuntas karya Eka Kurniawan. Puluhan tahun ia harus menerima kenyataan bahwa ‘burung’ yang menjadi kekuatan alami para lelaki itu tidak berfungsi. Tertidur, lelap, dan tenang. 


Novel ini adalah kisah seorang laki-laki yang berusaha untuk membangunkan burungnya, Ajo Kawir. Semua itu terjadi ketika Ajo Kawir berumur belasan tahun, ia dan sahabat karibnya si Tokek melihat dua orang polisi memperkosa seorang perempuan gila. Ajo Kawir kepergok mengintip oleh dua orang polisi tersebut, kemudian dipaksa melihat perbuatan keji itu dari jarak yang sangat dekat, memperkosa seorang perempuan gila.


Sejak kejadian itu, burung yang menjadi kebanggaan setiap laki-laki dan idaman para perempuan tak pernah bangun. Segala cara telah dilakukan oleh Ajo Kawir, masturbasi di kamar mandi, diolesi obat, dibawa ketempat pelacuran, tidur dengan perempuan yang sangat cantik, namun burung itu memilih tetap tidur.


Awalnya, kehidupan Ajo Kawir berjalan dengan normal meski ‘burung’ yang menjadi masa depannya tertidur lelap. Masalah mulai muncul saat Ajo Kawir jatuh cinta kepada iteung dan Meraka akan melangsungkan pernikahan, mereka saling mencintai dan saling menerima kekurangan.


 Iteung tau kalau burung Ajo Kawir tidak bisa berdiri. Tapi ia tidak peduli, masih ada jari tangan Ajo Kawir yang bisa membahagiakan Iteung. Seperti saat mereka masih pacaran.


Sebelum Ajo Kawir dan Iteung saling mengenal, Iteung mempunyai seorang teman laki-laki yang bernama Budi Baik, seorang laki-laki lain yang mencintai Iteung namun selalu ditolak. Telah lama Budi Baik menaruh hati kepada Iteung. Tapi Iteung tak pernah sama sekali tertarik kepadanya. Ia tak hanya tanpa lelah mengungkapkan cinta, perlahan-lahan ia mulai berkata kepada setiap orang bahwa Iteung adalah kekasihnya.

Iteung sering kesal dengan hal itu, dan beberapakali harus menemui Budi Baik, penuh kemarahan, kesal , dan berkata bahwa ia bukan pacarnya.


 Ajo Kawir dan Iteung akhirnya menikah. Mereka hidup bahagia, saling mencintai dan sepenuhnya saling memiliki.


Jari-jari tangannya, dari malam ke malam, semakin mahir. Ajo Kawir semakin yakin, ada hal-hal tertentu yang bisa dilakukan tangan manusia. Tidak dengan yang lain. Namun hanya sebatas jari, Iteung tetap membutuhkan seekor burung yang berdiri tagak dan menantang. Iteung selalu memimpikannya.


Suatu pagi, Iteung menggigil. Ia berlari kekamar mandi, muntah. Ajo Kawir bertanya kenapa, Iteung tak menjawab. Iteung kembali tidur, meringkuk, dan tak mempedulikan Ajo Kawir.


Sore hari, di luar hujan gerimis turun. Iteung berlari dari arah menuju rumah. Ajo kawir melihatnya, bertanya Iteung dari mana. Tak ada jawaban, hanya ada tubuh yang kuyup dan mata yang berkaca-kaca. 


Ajo Kawir terus bertanya.


Dengan bahu yang teguncang-guncang, isak tangis yang tak reda, Iteung menunduk dihadapan Ajo Kawir dan berkata bahwa ia telah hamil.

"LONTE!". teriak Ajo Kawir 

Ajo Kawir berlari, keluar rumah, Menerobos gerimis.      


Membaca novel Seperti Dendam, Rindu Harus Dibayar Tuntas karya Eka Kuriawan, kita dipaksa untuk menjadi ‘liar’. Ia tak segan-segan menuliskan kata-kata yang pulgar, kegiatan yang berbau sex, jorok, dan bahasa kasar. Hal itu menjadi keunikannya sendiri, biasanya para penulis luar akan cukup berhati-hati dalam menuliskan bahasa-bahasa seksual. Namun, Eka Kurniawan sebaliknya.


Dari sekian banyak bagian dan kisah dalam novel ini, kisah pernikahan Ajo Kawir dan Iteung adalah bagian yang cukup penting untuk direnungkan. Ada poin penting yang bisa diambil, yaitu kebutuhan nafkah biologis dalam suatu pernikahan harus selalu terpenuhi dengan baik. 


Pada akhir cerita novel ini, burung Ajo Kawir bisa bangun dan berdiri tegak setelah ia bercinta dan nafsu kepada seorang perempuan yang buruk rupa. Bisa hidup kembali bersama Iteung dan anaknya. Meskipun Iteung harus masuk kembali kedalam penjara setelah membunuh dua orang polisi yang ia sangka mereka adalah biang masalah burung Ajo Kawir tidak bisa bangun.

Begitulah, meskipun novel ini berakhir manis, kisah dari novel ini bukan hanya alegori dari burung yang tertidur adalah ketenangan hidup, tapi juga pentingnya kebutuhan seksualitas suami dan istri yang harus selalu terpenuhi untuk keharmonisan keluarga dalam kehidupan yang nyata.

16 Dec 2020 12:00
166
Gg. Kembang No.47, RT.2/RW.8, Cemp. Putih, Kec. Ciputat Tim., Kota Tangerang Selatan, Banten 15412, Indonesia
0 menyukai karya ini
Penulis Menyukai karya ini
Unduh teks untuk IG story
Cara unduh teks karya
Pilih sebagian teks yang ada di dalam karya, lalu klik tombol Unduh teks untuk IG story
Contoh: