'Namaku Windra dari Donggala, namamu masIh Indonesia? Masih seret-seret sebuah frasa (PKI?), akulah korban! Janda,tapi masih perawan!'
1971
Enam tahun setelah peristiwa PKI
Bilik kamarku terdiam padahal ia lah saksi atas tangis bayi merahku, aku!
Namaku , jiwaku diseret-seret jadi letusan mesiu jadi gelegar tak kunjung usai membatu jadi tugu
jadi frasa 'PKI atau kudeta PKI' - Indonesia, aku belum lahir !
cium bau darah busuknya politik, kenapa racunnya harus kuhisap sepanjang hidupku?
'Adakah orang terbodoh diluar mentalitas manusia Indonesia ? dan ia berkuasa !
Namanya, Windra . Sorot mata itu berkobar laksana unggun yang luluhkan kayu-kayu bersilangan menjadi bara, lalu jadi abu! Matanya kelabu sarkistis. Suatu malam dalam pesta taman pernikahannya-pernikahanku catatan hatinya kubaca saat purnama redup dan rambutnya hitam berasap harum ikan bakar, 'Windra isteriku!' Kubilang,
'aku sarjana politik dan aku marah pada Indonesia !' Kuakrabkan padanya teori Gramsci dan bahkan seorang profesor hukum pun, gentar pada cerita hantu PKI juga, SBY takut tercaci terbilang antek PKI lalu, diam pada sejarah yang kelam dan bau amis darah seperti awan hitam yang goreskan jadi pelangi atau hiburan pada massa yang haus hiburan
politik kekuasaan jadi dramaturgy atau politik sengkhuni
juga keadilan serupa bab, pasal, ayat, yang mati diinjaki sepatu lars TNI
keadilan tidak bersama semua anak negeri
keadilan ada di seminar-seminar dan skripsi
keadilan ada di cangkir kopi para menteri
keadilan ada di penantian tak bertepi menunggu Godot datang naik panggung dan kudeta rezim akhirnya sebuah keharusan!
Bilanglah , Windra : 'namaku airmata dari Donggala, KTP-ku jadi hantu! Jadi pikiran bodoh anak negeri lulusan luar negeri tak kuasa bicara PKI' , frasa itu : ku-de-ta, yang terlarang dibaca jadi dogma lebihi suara tuhan dan tunjuk hidungku
lagi dan lagi, 'kubilang, enam tahun usiaku berselang mereka abaikan, katanya, darahku darah hitam! Oh, Indonesia, keadilan jadi koma. Kubaca SBY tak jua bicara sampai turun takhta!'
Namaku, Windra! Hidup di sebuah pulau bagian tengah belantara anoa
tak terjamah politik kuasa juga, tentang kudeta yang katanya terlarang, katanya politik teori kemungkinan!
kenapa yang mungkin mereka bilang, tidak? Untuk korban kuasa PKI!
saat namaku mereka seret-seret pada KTP paman-kakekku yang di bilang negara , 'PKI'
tidak untuk tidak ( padaku yang masih perawan dan bahkan sebuah genealogy jadi hantu katanya, berdarah PKI!)
Namaku, Windra , namamu (bukan Indonesia) karena kubaca tak berseru
engkau tidak merdeka!
Gedongair-Beringin Raya, Bandar Lampung, 2014-2017
catatan:
puisi ini pernah diperlombakan di acara ulang tahun SMAN AMBARAWA PRINGSEWU - LAMPUNG 2018