oranment
play icon
Krisse dengan perantaraNya
Kutipan Cerpen Krisse dengan perantaraNya
Karya shofiyarahmawati
Baca selengkapnya di Penakota.id


يٰٓاَيُّهَا النَّبِيُّ قُلْ لِّاَزْوَاجِكَ وَبَنٰتِكَ وَنِسَاۤءِ الْمُؤْمِنِيْنَ يُدْنِيْنَ عَلَيْهِنَّ مِنْ جَلَابِيْبِهِنَّۗ ذٰلِكَ اَدْنٰىٓ اَنْ يُّعْرَفْنَ فَلَا يُؤْذَيْنَۗ وَكَانَ اللّٰهُ غَفُوْرًا رَّحِيْمًا


"Wahai Nabi! Katakanlah kepada istri-istrimu, anak-anak perempuanmu dan istri-istri orang mukmin, “Hendaklah mereka menutupkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka.” Yang demikian itu agar mereka lebih mudah untuk dikenali, sehingga mereka tidak diganggu. Dan Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang."


Ayat demi ayat mulai terdengar didalam sebuah majelis yang berisi orang orang tengah mempelajari ilmu didalamnya.


"Allah memerintahkan kepada perempuan untuk menutup auratnya sampai dia benar benar tertutup," ucap sang Ustadz yang duduk sembari memegang mic nya menghadap ke seluruh santrinya.


"Jangan sampai kita keluar rumah lalu tidak menggunakan hijab dan semua orang yang bukan mahram kita melihat, kecuali memang yang sudah terbiasa nampak,"


"Adapun Ibnu Jubair berpendapat, yang dimaksud terbiasa ini adalah muka dan kedua tangan,"


"Lantas bagaimana dengan orang yang berpendapat dengan hati itu lebih penting dari pada berhijab?" Kata sang Ustadz bertanya kepada salah satu santrinya.


"Seandainya hati perempuan yang tidak berjilbab itu penuh dengan rasa cinta kepada Allah, maka ia akan segera melaksanakan perintah-Nya. Seandainya hati perempuan yang tidak berhijab itu cinta kepada Rasulullah dan menyukai perintahnya, maka ia akan segera memakai hijab."


"Hijab merupakan simbol harga diri, kemuliaan, penjagaan, dan malu. Jadi jangan pernah merasa malu jika kamu disebut sebut sebagai wanita sok alim karna ucapan mereka kelak akan menjadi pelajaran bagi kita esok hari."


setelah selesai acara pengajian tadi, semua murid pengajian itu segera pulang ke rumah masing masing.


Zahra, Ara dan Zulfa berjalan bersama menuju rumah mereka. Zahra dan Zulfa adalah sahabat dari Ara.


Mereka baru saja menyelesaikan pengajian bersama Ustadz Hilmi yang biasa mengajar dimajelis.


Rutinitas itu selalu mereka lakukan setiap hari dan selalu bersama sama. Dipertengahan jalan mereka bertemu dengan seorang wanita yang berpakaian terbuka dengan langkah yang sempoyongan.


"Astaghfirullah, Ra ayo bantuin kakaknya," ujar Zulfa berlari ke arah wanita yang berjalan sempoyongan tadi, jatuh pingsan.


Mereka bertiga berlari menghampiri wanita tadi lantas membantu menyadarkan. "Kak bangun kak," ucap Zahra sembari menepuk pipi wanita itu pelan.


"Kakaknya pingsan, gimana kalo kita bawa pulang ke rumah Ara?" usul Ara dan langsung diangguki oleh kedua sahabatnya.


Zahra, Zulfa dan Ara saling membantu membopong tubuh wanita yang pingsan tadi.


Sesampainya didepan rumah Ara, Umi Ara yang baru saja selesai membuang sampah melihat putrinya dengan teman temannya saling membantu menggendong wanita disana langsung menghampiri mereka.


"Astaghfirullah, kenapa ini?" tanya Umi Ara.


"Pingsan Mi, Ara izin urus kakaknya dirumah boleh?" balas Ara langsung diangguki oleh Uminya.


Setelah dibaringkan diatas kasur, Ara menaruh kitabnya diatas meja belajar miliknya. Kedua temannya sudah berpamitan pulang karna hari sudah mulai larut malam.


Ara masuk ke dalam dapur untuk mengambil air hangat. Tubuh wanita itu cukup panas membuat Ara berpikir bahwa dia sedang demam.


"Ara," panggil Umi Ara yang juga ada didapur.


"Iya Umi," ucap Ara menimpali.


"Umi mau tanya,"


"Iya Umi, Umi mau tanya apa?"


"Kakak itu siapa? Kenapa kalian bertiga bawa pulang kesini?" Ucap Umi bingung, karna setahunya Ara tidak memiliki teman yang tidak berhijab, terlebih wanita itu menggunakan pakaian yang terbuka.


"Ara gak tau Umi, tiba tiba aja kakaknya pingsan, terus Ara sama Zahra, Zulfa langsung nolongin karna kasihan kalo nanti kita tinggal," jelas Ara.


Umi mengangguk paham. "Terus berbuat baik sama orang lain ya Nak, ya udah kalo gitu Ara ke kamar gih, siapa tau kakaknya udah siuman," ucap Umi Ara.


"Makasih banyak Umi, kalo gitu Ara ke kamar dulu," pamit Ara lantas segera kembali ke dalam kamarnya.


Baru saja Ara membuka pintu kamarnya perempuan itu tengah terduduk dibawah ranjang kamar Ara.


"Astaghfirullah, kakak gak apa-apa?" ucap Ara panik karna perempuan itu ada dibawah.


Saat Ara ingin mendekat ke arahnya tangan Ara sudah lebih dulu ditepis olehnya. "Siapa kamu?! Kenapa saya ada disini?" ucap perempuan itu menatap tajam ke arah Ara.


"Kakak lagi dirumah Ara, tadi kakak pingsan makannya Ara bawa kesini," tutur Ara. "Kakak butuh sesuatu kah? Oh ya, lebih baik kakak ganti baju dulu, nanti kakak kedinginan."


Ara langsung mencari pakaian yang ada didalam lemarinya yang cukup besar untuk kakak itu gunakan sebagai gantinya.


"Ini kak bajunya," ucap Ara memberikan pakaiannya pada perempuan itu.


Perempuan itu lantas mengambil pakaiannha secara kasar dan masuk ke dalam kamar mandi yang kebetulan ada didalam kamar tidur Ara.


Setelah beberapa menit berganti pakaian, akhirnya sosok itu keluar dari kamar mandi.


Ara melihat perempuan itu menggunakan gamisnya yang kebetulan belum sempat dirinya gunakan karna ukurannya yang terlalu besar.


"Kenapa saya dikasih gamis? Saya maunya pakaian pendek," ucap perempuan itu pada Ara.


"Maaf kak, Ara cuman punya baju gamis, lagi pula kakak cantik kok kalo pake gamis," puji Ara sembari tersenyum manis.


"Maksud kamu apa? Jadi saya jelek kalo pake baju pendek?" Ucap perempuan itu dengan nada tidak suka.


Ara menghampiri kakak itu tanpa menghilangkan senyumnya. "Kalo boleh tau, nama kakak siapa?"


"Krisse," jawab perempuan itu singkat.


"Kak Krisse itu cantik kok pake apa aja, malah kak Krisse akan lebih terlihat cantik kalo berhijab,"


"Kak Krisse nginep disini dulu ya, soalnya udah malem. Nanti kak Krisse takut kenapa napa kalo pulang sekarang." ujar Ara lembut.


Krisse tidak menjawab, dirinya justru malah linglung mencari ponselnya yang ada didalam tasnya.


Tertera jam 10 malam dari layar handphonenya. Perempuan itu berdecak kesal karna mengingat kejadian sebelum dirinya pingsan tadi.


"Kak Krisse ada masalah ya?" Ucap Ara setelah menimang nimang.


"Saya mau tidur," bukannya menjawab justru perempuan itu malah mengalihkan topik pembicaraan.


"Kalo kakak capek, kakak boleh kok tidur disini, nanti biar aku tidur disofa," ujar Ara namun Krisse menggeleng.


"Kasurnya masih lega, kamu tidur disini aja," ucap Krisse merasa tidak enak.


Ara mengangguk singkat lantas mengambil air wudhu sebelum tidur. Krisse menggelengkan kepalanya kuat, dirinya sangat takut jika mengingat kejadian itu.


•●•


Krisse terbangun dari tidurnya karna suara bising yang ada disampingnya membuat aktifitas tidurnya menjadi terganggu.


Dirinya langsung menatap jam yang mana menunjukan pukul 2 pagi. "Ara kamu ngapain malam malam baca itu!" ucap Krisse membuat Ara menghentikan aktifitas membaca Al-Qur'annya.


"Kak Krisse udah bangun? Maaf ya, Ara ganggu kakak tidur," ucap Ara sembari menutup mushafnya.


Krisse menggeleng. "Kamu abis sholat isya ya?" tanya Krisse dan Ara menggeleng.


"Bukan kak, Ara baru selesai sholat tahajud. Kakak mau sholat tajahud juga?" ujar Ara.


"Sholat tahajud itu apa?" tanya Krisse.


"Sholat sunah malam kak, yang mana bila kita mengerjakannya akan mendapatkan pahala sekaligus ketenangan hidup," ujar Ara menjelaskan.


"Emang bisa ya? Kalo gitu mending kamu ke club, kalo kamu minum juga ilang pusingnya," ucap Krisse.


Ara menggeleng pelan. "Maaf kak, bukannya itu cara yang salah ya? Bahkan meminum amer dan alkohol itu dilarang dalam agama islam,"


"Saya gak tau, apa yang kamu jelasin aja saya gak pernah denger." ucap Krisse pada Ara.


"Allah melarang kita untuk meminum khamar karna bisa menimbulkan zina dan perbuatan keji lainnya," papar Ara.


Krisse terdiam, dirinya jadi teringat dengan perbuatannya selama ini salah. Bahkan Krisse tidak penah segan segan untuk menghabiskan uangnya hanya untuk melepas rasa stresnya.


"Kalo kak Krisse punya masalah itu bisa diselesaikan dengan cara berdoa, kalo ada yang gratis kenapa harus bayar minum diclub."


Krisse menatap Ara, "kamu ngomongin saya?"


Ara terseyum manis, "sebagai umat muslim lebih baik jika saling mengingatkan."


"Saya gak butuh nasihat kamu!"


"Ara nggak berniat nasihatin kakak, tapi kalo seandainya kakak percaya sama kata kata Ara, insyaa allah pasti kakak akan dapat hidayah dari Allah."


"Apa aku masih bisa taubat sama Allah?" ucap Krisse ragu.


Ara menggenggam tangan Krisse, "tidak ada kata terlambat dalam meminta ampunan kepada Allah kecuali Allah telah menutup pintu taubatnya pada hari akhir."


Krisse kembali menatap Ara, "kalo gitu apa kamu bisa bantu saya buat berubah?"


Ara mengangguk, "dengan izin Allah, Ara akan berusaha buat bantu kak Krisse menjadi wanita yang soleha lagi,"


Sejak kejadian itu Krisse menjadi sosok wanita sholeha yang menutup auratnya bahkan dapat menghafalkan Qur'an beserta artinya dengan izin Allah melalui perantaranya hambaNya, Ara.


-End-

*Maaf bila ada salah🙏

calendar
20 Apr 2021 15:00
view
33
wisataliterasi
Karawang, Kabupaten Karawang, Jawa Barat, Indonesia
idle liked
1 menyukai karya ini
Penulis Menyukai karya ini
close
instagram
Unduh teks untuk IG story
Cara unduh teks karya
close
Pilih sebagian teks yang ada di dalam karya, lalu klik tombol Unduh teks untuk IG story
Contoh:
example ig