Lima Jari: Prolog
Cerpen
Kutipan Cerpen Lima Jari: Prolog
Karya silmyhwang
Baca selengkapnya di Penakota.id
Lingsir wengi…..

“AAAA!”

“Al, aku tahu itu kamu. Plis, bercandaan kamu nggak asik.”

“Stop, atau pertemanan kita berakhir!”

Kendra Anggalino. Biasa dipanggil Ken atau kalau ingin lihat dia marah panggil saja Angga. Jangan tanya kenapa, biar Alika saja yang beritahu nanti. Mahasiswa semester tiga, gayanya cukup asik apalagi lihat rambut spike-nya, cowok yang sadar akan ketampanannya, dan tampak berani dari luar padahal paling takut kalau lihat Alika marah. Satu lagi, terdengar tidak mungkin untuk seorang Ken, tapi memang benar adanya. Mematikan lampu saat dia di kamar mandi. Menyalakan lagu “Lingsir Wengi”.

Melakukan keduanya di saat bersamaan? Selamat, sebentar lagi kalian akan menyaksikan betapa pengecutnya Kendra.

“Hahaha. Ken, ini aku mbak kunti.” ucap pelan Alika sambil berdecit. Di depan pintu kamar mandi Ken, ia berusaha menahan tawa bahaknya.

Alika Alvenia. Gadis yang merasa namanya paling bagus sedunia, punya satu lesung pipi dan beralis tebal, terbilang cantik, dan penjinak Ken. Bayangkan saja, tingginya hanya seketiak Ken tapi bisa membuat sahabatnya itu takut dan mengalah untuknya. Jangan tanya, gadis lain di kampus merasa iri dengan Alika.

Ketukan keras bertubi-tubi Ken lakukan dari dalam kamar mandi yang gelap, air mukanya mungkin sudah satu ember penuh, “Alika! Pertemanan kita resmi pu--”

“Ken, kamu nggak boleh takut sama hal semacam ini. Kamu bukan anak kecil lagi.” Alika bernada serius. Ya, untuk pertama kali.

“Tapi, Al….,” suara Ken melemah, sedikit gemetar. “Buruan buka. Aku udah nggak tahan lagi,” tutupnya makin lemah.

Klek

Happy birthday to you, happy birthday to you…
Happy birthday, happy birthday…
Happy birthday, Kendra…

Pintu kamar mandi perlahan terbuka, suara nyanyian Alika pun sampai pada telinga Ken, dan cahaya lilin di kue tart menjadi satu-satunya penerang. Ken dengan cepat keluar dari nerakanya, raut wajah melasnya tak dapat disembunyikan lagi.

“Alika….,”

Lima jari mungil milik gadis asli Bandung itu menangkup sebelah pipi Ken, lima jarinya yang lain berusaha menopang beratnya kue bertuliskan “Happy Birthday, Ken”, “Selamat ulang tahun, Ken. Di awal 20 tahun umur kamu, aku harap jadi kali terakhir kamu takut gelap dan lagu jawa itu. Seterusnya, kamu harus berani dengan apapun di depan mata kamu.”

“Al, tapi tolong… nyalain dulu lampunya,” pinta Ken, sambil menahan haru. Tahun ini Alika keterlaluan buat kejutan.
“Huh…,”Alika menghela napas panjang, tapi pinta Kendra diturutinya juga. “Make a wish, terus tiup lilinnya.”

Di antara nyala lilin yang membias, tertangkap wajah polos Ken yang sedang mengharap doanya dikabulkan Tuhan. Alika, tentu saja ia ikut terharu. Dia adalah teman yang melihat wajah penuh harapan di setiap tahunnya.

Kemudian, Ken membuka mata…

“Al, tahun ini kamu mau ‘kan mengalah untuk aku?”

Lilin berbentuk angka dua dan nol itu masih menyala, terus berpendar. Belum padam juga. Alika dan Kendra saling menatap, penuh arti yang tidak mereka tahu satu sama lain. Pertanyaan yang mudah untuk seorang Alika yang tidak pernah mengalah pada Ken. Tapi, cukup membuat kelu lidah milik dara kelahiran maret itu. Sejujurnya, dia belum mau kalah dengan Kendra.

“Jangan tiup lilinnya,” vokal Alika, menekan. Diberikannya kue kejutan itu pada tangan Ken yang belum siap, kemudian pergi meninggalkan kamar laki-laki jangkung itu.

“Al, bahkan kamu masih egois.”


Bersambung....
03 Mar 2018 20:23
136
Jakarta Timur, Kota Jakarta Timur, Daerah Khusus Ibukota Jakarta
0 menyukai karya ini
Penulis Menyukai karya ini
Unduh teks untuk IG story
Cara unduh teks karya
Pilih sebagian teks yang ada di dalam karya, lalu klik tombol Unduh teks untuk IG story
Contoh: