Hari bahagia Kadra adalah hari dimana dia menikmati es krim rasa matcha bersama Julio. Nama dan kesukaan yang sangat matching. Tak asing lagi, Kadra dan Julio hampir setiap hari bersama. Kadra tahu, memang tak seharusnya ia terlalu mengikat Julio hingga akhirnya keduanya saling menyatakan perasaan saling suka.
Seperti katanya, perasaan suka memang seperti bunga. Ia butuh waktu untuk mekar. Namun, ia juga bisa layu dan mati. Berganti dengan bunga pada tangkai yang lain.
Namun, Kadra begitu yakin bahkan seribu kali sangat yakin kepada Julio. Bahwa cinta dan perasaan yang ia utarakan adalah kepastian yang nyata dan tak akan begitu saja pudar bahkan mati.
Di kaca penglihatan Kadra, Julio adalah satu-satunya lelaki yang tak pandai merayu, tak pandai bergombal, dan tak suka memberi kejutan. Singkatnya, Julio bukan cowok romantis.
Namun, Kadra tahu bahwa Julio akan selalu ada dalam keadaan bagaimanapun dan itu sudah lebih dari cukup.
Titik awal kedekatan Kadra dan Julio tak direncanakan oleh siapapun, kecuali semesta. Kadra si pendiam namun memiliki sisi ceria, tak sengaja menatap mata Julio saat berjalan di sebuah lorong perpustakaan. Kemeja motif, celena jeans dan satu buku penelitian yang dipegang Julio waktu itu. Kadra tampaknya mengerti apa yang sedang Julio lakukan—menyusun laporan. Namun, si sosok yang punya keingintahuan lebih itu tak berhenti sampai di situ.
Kadra tak bodoh dan si selalu kreatif dengan idenya. Dia mencari sosok laki-laki itu di akun Instagram. And see, Kadra dengan cepat menemukannya. Julio Albert, begitu nama yang tertera.
“Julio Albert, mmm…” Kadra merapal namanya.
“Anak sains rupanya,” ucap Kadra ketika matanya tertuju pada postingan yang menandai Julio dalam akunnya.
“Berarti dia pandai hitungan…” Oh shit. Sangat berkebalikan dengan Kadra.
Tanpa pikir panjang, Kadra mengklik tombol follow. Tak berselang lama, Julio pun memberi follback di akun Kadra.
“Hallo Kadra, kamu penulis ya?”
Demi apa? Julio memulai percakapan dengan Kadra?
Jangan, kalian jangan senang dulu. Kadra masih mencerna dan mencoba menghentikan jantungnya yang berdebar akibat direct message itu.
“Oh iya,” sangat singkat. Oh, c’mon baby. Katanya mau mendekati Julio? Kenapa jawabannya cuek begitu?
“Adik aku juga penulis lho” Oh shit, kenapa dia cepat sekali membalasnya?
“Oh ya? siapa namanya? mau mutualan kalau boleh,” haha Kadra bisa aja ya, kan yang pengen mutualan dia sama Julio bukan sama adiknya.
“Ya ada😂.”
Ok, Kadra harus mencoba santai dan harus berganti topik lagaknya.
“Kamu ingat aku?” pertanyaan konyol yang harusnya tidak Kadra tanyakan tapi apa boleh buat? Julio sudah membacanya. Dan sekarang dia sedang mengetik balasan.
“Nggak yakin, tapi kita pernah bertemu sebelumnya kan?” Hahaha mudah melupakan ternyata.
“Ya, mmm waktu di perpus—tadi.” Jujur Kadra.
“Oh, i see. Gadis yang tertawa sepanjang jalan? oh maybe memang seperti itu ya kamu? selalu ceria?” Ternyata Julio juga memperhatikan Kadra tadi.
“Oh, itu, enggak sih sebenarnya. Ada yang lucu aja jadi aku ketawa tadi,” elak Kadra padahal dia memang begitu orangnya.
“Apa emangnya?” tanya Julio ingin tahu.
“Katanya, tadi ada anak yang nyatain cinta di depan teman-temannya, tapi cintanya ditolak,” jawab asal Kadra.
“Dimana bagian lucunya?” tanya Julio lagi.
“Ah, itu, aku cuman mikir aja kok masih ada yang begitu. Kayak kisah anak sekolahan banget, nggak upgrade dan nggak kreatip. Kan sekarang udah kuliah, masa cara nembaknya masih menye-menye gitu, nggak asik. Kalau aku jadi ceweknya jelas aja aku nolak.” balas Kadra panjang, seperti dia kalau sedang mode curhat.
“Emangnya kalau kamu ditembak, mau konsep yang kayak gimana?” tanya Jullio lebih terperinci.
“Ya yang enggak mainstream.”
“Contohnya?”
“Kayak, waktu lagi jalan berdua menikmati angin sepoi-sepoi sambil makan es krim, lalu duduk di kursi taman atau dimana aja, saat sedang asik-asiknya makan es krim berdua sambil ngobrolin hal lucu. Tiba-tiba si cowok mulai berhenti makan es krim, dan menggenggam satu tangan si cewek dengan lembut. Perhatian si cewek kini sepenuhnya menatap si cowok, lalu si cowok dengan lantang dan tidak ada gugup atau terjeda bilang bahwa dia suka kepada cewek di depannya.” Sangat detail, ya, itulah Kadra. Kadra yang selalu menjawab dengan detail dan dengan imajinasi liarnya mampu menyihir siapa saja yang menjadi lawan bicaranya.
“Kamu suka es krim?” hanya pertanyaan itu yang ditulis oleh Julio menjawab panjang kali komplit balasan Kadra barusan?
“Sukak, rasa matcha.”
“Besok mau makan es krim sama aku? kalau mau aku tunggu di depan FSRD jam 4 sore.”
Julio mengajaknya dalam rangka apa? untuk mewujudkan apa yang sudah Kadra katakan? atau hanya pertemuan kedua kalinya?
Mari kita lihat esok hari.
(bersambung ke bagian 2)