Kucingku Alergi Dingin
Cerpen
Kutipan Cerpen Kucingku Alergi Dingin
Karya sirpentoel
Baca selengkapnya di Penakota.id

Kusebut dia dengan nama Ladur. Ladur kecil yang lucu, ia adalah sebuah kado ulang tahun dari Tuhan yang dibawa oleh ayah dan ibu. Mereka bilang, Tuhan memberikan Ladur kepadaku dengan alasan bahwa seekor kucing adalah binatang kesayangan nabi. Aku tidak percaya sepenuhnya, yang aku tau kedua orangtuaku itu selalu antipati saat aku sedang sendirian di kamar; berbicara dengan jendela, berdebat dengan cermin, membanting semua pajangan keramik dan vas-vas bunga. Ayah dan Ibu tak pernah jujur kepadaku sampai saat ini.


Awal aku melihat Ladur, ia berumur kurang lebih dua bulan pasca kelahirannya. Aku tidak tahu pasti. Ayah dan ibu yang bilang. Katanya juga, Ladur kecil tersesat kehilangan ibu dan mungkin saudara-saudaranya. Mereka mengambilnya di bangku taman saat hujan sedang deras. Di bangku taman yang berawarna hitam besi itu, Ladur lemas terkapar, bulu-bulu dimakan basah dan merubahnya menjadi biru seperti manusia sedang kesakauan. Ibu berinisiatif membawanya pulang dan merawatnya di rumah. Melihat seekor kucing kedinginan, aku tidak tega. Aku hendak ingin membunuhnya berharap ia tidak tersiksa akan apa yang ia rasakan saat itu. Akan tetapi Ayah melarangku, ia bilang bagaimana jika aku yang berada di posisi Ladur kecil; kedingan tanpa orang tua dan saudara.


“Hari ini adalah ulang tahunmu, anggap saja ia kado dari Tuhan,” kata ayah mencoba memperkuat.


Seketika aku sadar, yang Ladur kecil butuhkan adalah kehangatan dan makanan yang dapat menolongnya daripada yang ia rasakan. Sebelum kuberi ia nama Ladur,sebetulnya aku hendak memberinya beberapa nama; karena ia lelaki, pernah aku memberi nama Stoylot, sebuah anagram daripada penulis favoritku. Naas, aku harus mengganti namanya karena Ladur kecil sering sekali datang ke dalam mimpiku dan lalu mengeluh bahwa ia sering mengidap demam tinggi. Ladur, saat namanya masih Stoylot, ia tak pernah mau melihat matahri di luar, matanya selalu remang dan itu semua membuatnya mengantuk. Ia mengeluh, ia merasa tak nyaman akan hal demikian, sebab itu ia memintaku mengganti namanya.


Menyaksikan pertama kali ia di dalam mimpiku, aku sangat takut. Tubuhnya berdiri tegap layaknya manusia. Mata Ladur kecil merah tajam. Kupingnya juga berdiri tajam seperti duri yang kapan pun siap menusuk. Akan tetapi mendengar kisah dan keluhannya, hatiku ikut nelangsa. Akhirnya ketika bangun dari tidurku, aku langsung menemui kedua orangtuaku untuk memberitahukan. Kemudian ibu memerintahkanku agar segera mengganti nama Ladur.


Rolenkook, kuambil nama baru itu dari sebuah anagram nama penulis yang kusuka karyanya kembali. Setelah ia resmi menyandang nama Rolenkook, Ladur kecil terlihat lahap sekali ketika sedang makan. Dalam sehari bahkan ia bisa menghabiskan tujuh bungkus kantung susu. Awal kali aku melihat keadaan itu, aku tidak menyimpan curiga. Malahan aku senang melihat ia makan dengan lahap. Pikiranku perihal kesehariannya adalah wajar karena ia memang membutuhkan makan di masa pertumbuhannya.


Hari perhari berganti dan ia masih saja dengan kesukaannya. Makan dan minum sangat banyak. Kedua orangtuaku mulai memasang wajah geram, mereka memberitahuku bahwa itu sudah tidak wajar. Ibuku, ia marah besar saat mengetahui kalau Ladur ternyata sering sekali mengambil beberapa biji ikan di kulkas yang membuat jatah makan kami bertiga kurang setiap hari. Selain itu ibu juga mencurigai ia telah menyedot payudaranya saat ibu sedang tak sadarkan diri. Kecurigaannya tersebut diperkuat saat salah satu puting payudaranya menjadi hitam seperti biji kelengkeng, padahal aku tahu betul warna putingnya, merah delima.


Saat kami semua mencari Ladur di dalm rumah berniat menghakimi, kami menemukan tubuh Ladur sedang lemas di bawah meja dapur. Badan buncit. Sepertinya ia tidak kuat lagi untuk berdiri. Niatan awal kami yang ingin menghakiminya lantas berubah. Ayah memopong Ladur ke kandangnya yang terdapat di kamarku. Dan kami memutuskan untuk membawanya ke dokter hewan keesokan harinya.


Sebelum membawanya ke dokter hewan, malam harinya, di dalam mimpiku kembali. Aku melihat Ladur menjadi sebuah raksasa. Wajahnya tertutup oleh kedua pipi yang menggumpal. Ladur membentakku yang telah mengganti namanya menjadi Rolenkook. Ia marah bukan main. Itu semua membuat bulu kudukku merinding sebelum akhirnya aku gagap dan tak berpikir panjang untuk memberikannya nama dari anagram namaku sendiri tanpa sepengetahuan ayah dan ibu. Namaku adalah Rudal, maka ia kuberi nama Ladur.


“Tidak apa Tuan, Nyonya. Tidak ada keanehan dari gelagat dan kesehatan kucing ini,” kata dokter.


Pada akhirnya kami membawa Ladur pulang dan di saat itu aku memberitahu ayah dan ibu kalau kucing itu kuganti namanya. Ibuku tersenyum manis saat mendengar informasi dariku. Ayah juga manggut-manggut saja.


*


Suatu hari, aku melihat Ladur di dalam mimpiku lagi. Kali ini ia terlihat kedinginan dan takut ketika hujan turun. Tubuhnya yang kulihat saat itu juga menyeramkan. Ladur, saat itu tubuhnya penuh borok.


“Ganti nama jelek ini. Nama ini begitu menyeramkan. Ada setan dalam nama ini yang membuatku takut dengan air. Betapa jahatnya kau memberikanku nama macam ini. Aku seperti alergi dingin!” kata Ladur membentakku.


Aku bangun dari tidur dan melihat tulang Ladur di pojok kamar. Dan entah mengapa saat itu juga aku menusuk ayah dan ibuku sendiri saat mereka mengatakan kalau tidak pernah ada Ladur atau pun seekor kucing di rumah ini. Sejak saat itu aku selalu datang ke rumah orang-orang karena tubuhku kedinginan, tubuhku kelaparann.

30 Jun 2017 20:36
844
Jl. Swadaya No.18, RT.12/RW.9, Cipulir, Kby. Lama, Kota Jakarta Selatan, Daerah Khusus Ibukota Jakarta 12230, Indonesia
3 menyukai karya ini
Baca bab lainnya
Penulis Menyukai karya ini
Unduh teks untuk IG story
Cara unduh teks karya
Pilih sebagian teks yang ada di dalam karya, lalu klik tombol Unduh teks untuk IG story
Contoh: