CERSAPA, Cerpen Satu Paragraf: Mungkinkah?
Kutipan Cerpen CERSAPA, Cerpen Satu Paragraf: Mungkinkah?
Karya slametsamsoerizal
Baca selengkapnya di Penakota.id

CAMILAN Penakota

CERSAPA, Cerpen Satu Paragraf: Mungkinkah?

oleh Slamet Samsoerizal


Paragraf adalah karangan mini. Ia merupakan bagian dari karangan yang lebih luas. Oleh karena itu, paragraf hanya memuat sebuah ide pokok. Sedangkan karangan yang lebih luas, bisa lebih dari satu paragraf dijuluki sebagai gagasan inti. Gagasan inti dijabarkan melalui ide-ide pokok.


Sebuah paragraf terdiri atas ide pokok atau gagasan utama dan ide penjelas  atau gagasan penjelas. Gagasan utama mewujud sebagai frasa dan diungkapkan melalui kalimat utama. Sedangkan gagasan penjelas, dinyatakan melalui kalimat-kalimat penjelas. Itu sebabnya, sebuah paragraf terdiri atas kalimat-kalimat.


Berapa jumlah kalimat setiap paragraf? Bila kita menilik dari tes berupa soal berbentuk Pilihan Ganda pada jenjang: SD, SMP, SMA, dan PT dapat ditemukan sebagai berikut. Paragraf terdiri atas tiga kalimat, mengingat pilihan jawaban yang diberikan cuma tiga pilihan. Pada SMP, jumlah kalimat dalam paragraf dapat dipastikan cuma empat, karena pertimbangan pilihan jawaban. Pada siswa SMA/SMK , jumlah kalimat dalam paragraf dapat dipastikan cuma lima karena pilihan yang diberikan memang lima.


Bagaimana dengan di PT (Perguruan Tinggi)? Lima hingga tujuh kalimat dipastikan akan ditemukan para mahasiswa. Kriterianya, masih bertolak dari soal pilihan ganda yang diteskan kepada mahasiswa.


Tiga – Tujuh

Mari kita berdebat sedikit tentang cukupkah sebuah ide diungkapkan dalam teks, hanya tiga kalimat? Apabila kita membaca teks cerpen sebagai berikut, bagaimana komentar Anda?


      “Maaas!”

      “Hmm ...”


(Dikutip dari cerpen “Hmm” karya SSD, 1983)

Setujukah Anda bila cerpen “Hmm” tersebut terdiri atas dua paragraf? Dari sudut penulisannya, yang menyatakan bahwa paragraf ditulis menjorok ke dalam dari garis margin kiri tiga, lima, atau tujuh ketukan --kutipan tersebut memang dua paragraf. Dua paragraf tersebut pun terdiri atas dua kalimat. Adapun bila merujuk pada konsep, bahwa ide pokok tersebut boleh terdiri atas tiga, empat, dan lima hingga tujuh kalimat – itu pun sah dijuluki sebagai paragraf.


Larangan yang sering didengar, bila paragraf ditulis dalam tiga, empat, lima dan tujuh kalimat – tidak boleh dari satu kalimat pun yang menyimpang dari ide pokoknya. Setiap kalimat harus runtut, prosedural menerangjelaskan gagasan yang akan disampaikan. Kalimat yang menyimpang disebut sebagai kalimat sumbang.


Letak gagasan utama dalam paragraf dapat berada pada posisi awal, akhir, awal-akhir, dan tersirat. Bila terdiri atas tiga paragraf, letak gagasan yang terletak pada awal, kalimat utama menempati posisi kalimat (1). Kalimat (2) dan (3) adalah kalimat-kalimat penjelas. Kalau paragraf tersebut terdiri atas empat kalimat, dan letak gagasan utama menempati posisi akhir, maka kalimat utama terletak pada kalimat  (4). Kalimat (1), (2) dan (3) adalah kalimat-kalimat penjelas.


Jika paragraf tersebut terdiri atas lima kalimat, dan letak gagasan utama menempati posisi kalimat (1) dan (5); maka kalimat (2), (3), dan (4) adalah kalimat-kalimat penjelas. Demikian pula, apabila paragraf tersebut terdiri tujuh kalimat, letak gagasan utama tersirat, maka kalimat (1), (2), (3), (4), (5), (6 ) dan (7) adalah pelukisan keadaan sesuatu secara padu antarkalimatnya. Paragraf yang letak kalimat utamanya tersirat, adalah paragraf yang menggambarkan sesuatu. Paragraf yang terdiri atas tiga sampai dengan tujuh kalimat, bercirikan kepaduan antarkalimat sehingga membentuk sebuah simpulan tentang pelukisan keadaan, letak, cara, dan sebagainya.



Cersapa,  Mungkinkah?


Apa kriteria cerpen? Menurut cerpenis Haris E. Thahar (2009: 5) sesuai dengan namanya, cerpen tentulah pendek. Jika dibaca, jalannya peristiwa di dalam cerpen lebih padat sedangkan latar maupun kilas baliknya disinggung sambil lalu saja. Di dalam cerpen hanya ditemukan sebuah peristiwa yang didukung oleh peristiwa-peristiwa kecil lainnya.Tiap cerpen memiliki unsur pembentuk intrinsik dan eksintrik. Beberapa hal yang berkaitan dengan unsur intrinsik berurusan dengan tema, konflik (menarik), tokoh, latar, perwatakan, dan amanat. Sedangkan penambahan potret politik, budaya, dan sosial merupakan unsur pembentuk dari sisi ekstrinsik.


Begini cerpennya:


        Pada suatu hari orang-orang lalu lalang. Lalu mereka pergi entah kemana. Kemudian, mereka kembali lalu lalang. Setelah itu mereka pulang. Akhirnya sampai ke rumah masing-masing dengan tenang.



Menulis hanya satu paragraf adalah mengembalikan mula tiap anak menuliskan kisahnya yang dikemas dalam  cerpen. Oleh sebab itu, gagasan ini pun bukan gagasan kontroversi – memancing kerusuhan di tengah mapannya cerpen dengan bentuknya seperti yang kita kenal. Apalagi mendapat ulukan ide baru dalam konteks pemikiran karya sastra. Setiap gagasan hampir tak ada yang orisinal, mengingat tak ada yang baru di kolong langit.


Demikianlah. Salam kreatif dalam bersastra. ***


Kranggan, 12 April 2019







13 Apr 2019 23:23
635
0 menyukai karya ini
Penulis Menyukai karya ini
Unduh teks untuk IG story
Cara unduh teks karya
Pilih sebagian teks yang ada di dalam karya, lalu klik tombol Unduh teks untuk IG story
Contoh: