1. Perempuan
Aisyah benar-benar kewalahan mengurus berkas-berkas penerimaan santri baru di pondoknya. Ini tahun pertamanya sebagai santri pengabdian, sebagai bentuk balas budi dan Khidmah melayani pesantren.
Suasana riuh pendaftaran membuat Aisyah makin stres.
"Aduh. Tambah ramai lagi. Yaudah, yang penting ini mesti dikumpulin ke bagian administrasi. Berkas ini, akta, kartu keluarga,..." Aisyah bergumam sendiri di meja kantornya.
Beberapa saat kekacauan berkas tadi beres. Ada temannya yang membantu. Baguslah. Sekarang saatnya ia kembali ke meja penerimaan tamu. Saatnya memasang wajah ramah dan menyenangkan agar semua yang datang ke sini tidak memiliki memori buruk tentang tempat ini.
Aisyah berjalan menyusuri koridor pesantren menuju ke gedung penerimaan tamu. Sudut matanya menangkap seseorang yang sedang membaca buku dengan wajah kusut. Seperti tidak tidur semalaman.
"Hei, kau ini. Bangun. Lihatlah, diluar itu ramai sekali. Kenapa kau malah membaca buku?" serunya dengan nada sedikit tegas.
"Ah. Maaf" balas lelaki itu. Disampingnya tergeletak sebuah novel dengan sampul lukisan aneh. Seperti lukisan kuno atau semacamnya.
"Sur'ah.! Ilal khorij.!"