Kini kita tak bisa bersama lagi seperti dulu, aku tengah berjuang melamarmu tahun ini. Pundi cuan aku kumpulkan demi meminangmu menjadi ratuku
Jarak tak memungkin kita untuk berpisah, kekuatan cinta kita layaknya magnet untuk saling menguatkan. Namun, rasanya takdir tak berpihak pada kita
Engkau memilih menghianati hubungan kita, kau pergi mengandeng pria di sana. Lalu, kau anggap apa keseriusanku saat ini?
Tuan putriku kini telah pergi untuk selamanya. Begitu tega akan keputusanmu kali ini. Kau anggap aku hanya seorang pecundang di kota rantau?
Dulu, kau sebut tak akan ada orang ketiga dalam hubungan kita, kau pun dulu menyakinkanku untuk tetap setia. Lalu sekarang apa? Siapa yang telah menodai semua ini?
Kau layaknya perempuan pada umumnya, tertawa lepas sambil mengandeng pria itu seakan-akan dunia milik kalian berdua. Tega. Kau begitu tega akan hati yang telah aku jaga hanya untukmu.
Laksana bunga yang sekejap mati, kau anggap aku hanyalah bualan semata. Ucapanmu layaknya ular berbisa, hanya karena nyaman kau memilih berpaling.
Aku tak tahu lagi. Semoga bahagia hingga karma menjemput. Sebab, aku bukanlah orang yang akan mengusap lembut air matamu lagi ketika kau sakit hati. Terima kasih atas cinta yang kau nodai ini.
-Lembayung.