Kutipan Puisi
Kau Pun Merenung di Batas-Batas Peristiwa
Karya
surahmanarip
Baca selengkapnya di
Penakota.id
Pada ranting bercabang yang rapuh di penghujung musim
membiarkan angin mengunjungi batas-batas peristiwa di pagar bambu
debit terakhir yang tertinggal tiba-tiba menanyakan siklus
yang membuat bercermin pada tubuh laut
lalu bercengkrama di batas gempal
di dalam gumpalan, hanya terkenang
Kita menjatuhkan busana bersama dahan kering
melewati kapas dan serbuk putih pembalut duri
lama perjalanan tajuk mawar mekar hingga rona menjadi pudar
ketetapan kita berada diantara mereka mereka
yang terburu-buru memesan waktu
lantas duduk di kursi pentas diagonal itu
La, kita tak perlu memoles rupa
lalu menjelma dibalik layar pentas proscenium yang akan segera dibuka
mereka bahkan tak peduli pada aside yang kau tanyakan di awal cerita
mereka hanya tertawa sambil memakan rumput kering
yang meereka jemur sore kemarin
Kita pernah menabur bunga di antara kursi ruang pentas Proscenium itu
aku dibelakangmu sedang kata memisahkan tubuhnya di balik layar tertutup itu
"KATA.. K ATA.. KA TA.. KAT A.. K A T A"
tapi kita, menyusun kembali tubuhnya sendiri di ruang ganti.
Dini hari daun-daun berembun jatuh
diantara dahan Magnolia alba di halaman rumah
nasib menguapkan sisa kata yang sempat dilalaikan semalam
di antara bulir yang kau tanak
sejenak saja kau rebahkan sumsum rapuh dipenghujung malam
kau barangkali perlu beranjak lebih cepat
dari angin yang melewati pembaringanmu
batas-batas nafas harus kau temui segera
saat sinarnya menerobos jendela berdebu itu
di batas waktu mungkin angin berputar arah
tapi belum tentu menyentuh kembali keringatmu
di atas akar menghujam itu
Dalam diam penuh iman
kau mampu mengingatkan di luar batas penglihatanku
bahwa hujan adalah perihal waktu dan jarak tempuh
juga kelopak basah yang terikat di pagar bambu
tangkai berayun, juga daun rimbun yang merindu
Untuk muhasabah bunga di satu waktu
masihkah kau mengatakan pertanyaan ganjilmu itu ?
Unduh teks untuk IG story