SI DIAM YANG MALANG
Di suatu desa, hiduplah seorang anak perempuan yang pendiam. Ia bukan menutup diri, tapi ia hanya tidak suka dengan suara bising yang anak-anak lain timbulkan. Rasanya kupingnya akan pecah jika ia mendengar teriakan-teriakan yang menurutnya tak perlu dikeluarkan hanya karena bermain kejar-kejaran.
Si pendiam ini bernama Syera. Ia hanya anak kelas 3 sekolah dasar yang hobi membaca, karena itu satu-satunya kegiatan yang bisa ia lakukan tanpa adanya suara sedikitpun.
Setiap hari yang dilakukan Syera selepas pulang sekolah adalah pergi menuju perpustakaan yang ada di desa tempat ia tinggal. Pergi saat siang hari dan pulang saat langit sudah dipenuhi dengan warna oranye. Ia tidak mungkin pulang seterlambat itu jika tidak menunggu ayahnya yang pulang kerja dari kota.
Ayah Syera seorang pegawai di sebuah kantor penerbit dikota. Maka dari itu, ia selalu membawakan buku untuk anaknya baca di rumah. Dan Syera menyambut dengan senang hati atas apa yang ayahnya lakukan untuknya.
Sampai suatu hari, Syera yang bahkan jarang sekali mendengar suara karena kegiatan yang ia lakukan hanyalah membaca dan ia selalu menghindar dari keramaian dan kebisingan, mulai menyadari suatu perubahan yang timbul dalam dirinya. Seketika air matanya jatuh, membasahi wajahnya bahkan wajah kedua orangtuanya saat ia maupun orangtuanya tahu bahwa indra pendengarannya tak lagi dapat berfungsi.