Teman Nona
Cerpen
Kutipan Cerpen Teman Nona
Karya syaneirawan
Baca selengkapnya di Penakota.id
Kata nya dia kesepian, tatapan nya pun menari di layar telepon tak bergambar. Mungkin rusak, atau mungkin sengaja di matikan. Tapi menurut ku, ia sedang menunggu pesan dari si pembawa kesan. Ting! Itu bukan dentingan lonceng dari pintu toko pertanda datang nya tamu, melainkan sebuah pesan yang masuk ke dalam telepon yang tengah di genggam oleh Nona manis bergaun Merah. Senyuman nya pun terukir lebar, ia bahagia! Ia benar-benar bahagia! Apa mungkin kekasih nya akan datang malam ini? Awal nya ku kira begitu, tapi si Nona tetap sendirian di temani senyuman hingga ia pergi meninggalkan kursi bersama meja nya.

Aku masih belum mendapatkan jawaban nya. Tapi aku di pertemukan oleh Nona itu lagi seminggu kemudian, kali ini gaun nya berwarna biru seperti air. Warna yang tenang seperti perilaku nya malam ini, tatapan nya terus tertuju pada layar yang kali ini menyala. Rentetan kata berbaris di sana, tapi wajah nya muram di tengah temaram nya lampu malam ini. Apa yang salah? Malam ini kekasih nya lebih banyak memberi kabar, berbeda dengan minggu kemarin yang hanya satu kali. Kenapa dia muram? Kenapa dia gelisah? Dia pun pergi tanpa melihat ku meski sekali saja. Apa mungkin dia marah dengan ku?

Kali ini dia mengecup ku, dan aku pastikan ia tidak marah dengan ku. Tawa nya lepas malam ini, tatapan nya pun berbinar bak lampu jalan di tengah kegelapan malam. Rambut nya terkibas kesana kemari ikut menari mengikuti alunan tubuh nya. Mata nya tak lepas dari wajah pria yang duduk di hadapan nya, tampan dan baik hati. Sesekali pria itu menggoda nya hingga ia tertawa, dan kini aku mengetahui alasan nya... Alasan mengapa ia tesenyum di malam sebelum nya. Pria itu datang membawa buah tangan berupa satu buah cincin berpermata indah, dari Eropa katanya. Dan malam itu pun Nona manis pergi dengan senyuman nya.

Aku masih tak menyangka jika semua nya akan sekacau ini, lihat lah rambut nya yang biasa terurai indah itu. Kali ini terikat rapih di kepala nya. Tak ada gaun yang biasa ia kenakan, hanya sepasang celana koyak dan jaket tebal yang melindungi nya dari cuaca malam ini. Kantung mata nya pun sangat jelas menghitam tanpa di tutupi concelar, tak ada bibir terpolesi lipstik merah, tak ada bulu mata menjulang ke atas, yang ada hanya suara sesenggukan dari tangisan yang sedang di tutup-tutupi nya. Aku tak perduli ia menatap ku atau tidak? Yang ingin ku lakukan hanyalah mendengarkan semua cerita tentang nya, melepas semua beban yang bergerumul di dalam pikiran nya sambil berkata “Ada apa Nona? Silahkan ceritakan.” Tapi aku bisa apa? Sekedar bertanya saja aku sukar, bagaimana cara mengetahui segala nya dan membantu mencari tips nya?

Aku benar-benar tidak bisa membantu mencari tips nya, bahkan di kala malam minggu itu tiba. Meja tak hanya di temani oleh bangku dengan satu Nona, tapi malam ini di sertai pria itu dan wanita lain di samping nya. “Calon Isteri kata nya.” Aku dapat menatap kegelisahan Nona malam ini, gaun hitam nya terlihat menyedihkan seperti awan di kala hujan, sesekali nafas nya ia tarik dengan amat berat. Hingga saat si pria itu pergi bersama wanita nya, Nona menumpahkan segala kegelisahan nya dalam sebuah tangisan. Apa yang perlu di tangiskan? Aku bertanya-tanya.

“Empat tahun ia manis pada ku, ternyata aku hanya di anggap sahabat.” Jawab si Nona, lalu mengecup ku masih sesenggukan. Memang nya Nona mau apa?

“Wanita mana yang tak berharap lebih jika di perlakukan manis?” Aku berpikir keras begitu di tanya kembali oleh si Nona. Aku bukan wanita, dan aku bukan pria. Tapi aku tahu harapan dari sebuah kemanisan, aku selalu berharap di sukai ketika aku di beri gula cukup banyak. Tapi bagaimana? Sebanyak apa pun gula yang ada di diri ku, aku tetap akan terasa pahit. Maklum... aku hanyalah secangkir kopi panas yang selalu menemani Nona.

Andai aku bisa berbicara, aku akan berkata kepada Nona... Jangan selalu berharap di sukai ketika di perlakukan manis, harapan berlebih akan tetap menyisakan sedikit kepahitan. Kita ini sama saja Nona!
17 Apr 2018 03:55
114
Jl. Koperpu X, Bojong Rawalumbu, Rawalumbu, Kota Bks, Jawa Barat 17116, Indonesia
0 menyukai karya ini
Penulis Menyukai karya ini
Unduh teks untuk IG story
Cara unduh teks karya
Pilih sebagian teks yang ada di dalam karya, lalu klik tombol Unduh teks untuk IG story
Contoh: