Malam tadi aku ketiduran
sambil mencoba mendekapmu dengan jantungku,
sial, ia tak punya lengan.
Suaramu berhasil menidurkan pikiranku
terlalu sore,
yang terbiasa insomnia sampai-sampai
menjadi teman bercengkrama tiga pagi.
Aku bangun dengan perasaan seperti,
sendu? kosong? apa ini?
seperti sebagian hatiku telah kau curi.
hatiku jigsaw puzzle,
yang beberapa potongnya kau sembunyikan.
Entah, mungkin dibalik pekat matamu yang indah,
yang selalu berhasil menyihirku
sejak kali pertama aku menemukanmu.
Matamu lautan.
Lebih dalam dari laut manapun yang ku selami,
di instagram.
Setiap kaki tenggelam dalam pesonamu.
Setiap nelayan ramai-ramai membawa jala,
mereka mau mencuri hatimu.
Matahari tenggelam tepat di wajahmu,
sudah waktunya nelayan itu pulang.
Mereka bersorak pada penghuni rumah,
"lihat, apa yang kubawa! seember hati yang merah,
lebih merah dari tuz golu di Turki,
atau darah kambing yang di sembelih
pada hari qurban!"
Kini kita impas,
sebagian hatiku dan hatimu telah hilang dicuri.
Tak dapatkah kita bersatu saja
agar menjadi sepotong hati yang utuh?
Aku bertanya padamu
yang menulikan telinga,
dengan kidung yang berasal dari bibirmu sendiri.
Sudahlah.
Kuputuskan, jika malam ini mendung lagi,
aku bersiap menyumbat telingaku
dengan nyanyianmu (lagi),
sebagai pengantar tidur.
Kalau-kalau,
Liam gallagher dan Christ martin mogok menyanyi
karena cemburu oleh suaramu.
Cirebon, 2021