

Jika aku hidup 500 tahun lalu, aku pasti sudah menemukan jodohku tanpa harus memikirkan hal lain yang membuatku enggan untuk memikirkan tentang percintaan.
saat ini di mata ekonomi aku hanyalah angka statistik yang berada dibawah garis untuk mencintai, revolusi telah merubah dunia menjadi seperti sekarang, manusia bukan lagi penguasa atas waktunya, kita menjual waktu demi sebuah kertas yang setiap saat nilainya terus merosot, bahkan rumah bukan lagi tempat untuk bernaung, tapi tempat untuk berinvestasi.
Sejarah mengatakan tekhnologi dan industri adalah kemajuan untuk mempermudah dan mempercepat kita dalam segala hal, namun hal tersebut telah merenggut kita dari kemampuan untuk mencintai tanpa Syarat financial.
Kapitalisme telah mengubaj makna hidup menjadi biaya hidup, bahkan untuk saling mencintai pun menjadi alat ukur untung atau rugi, cinta adalah kemewahan cinta butuh modal, dan kapitalisme ini telah merampas kehidupanku untuk mencintai tanpa syarat financial.
5 abad yang lalu, andaikan saja mesin-mesin industri yang memuntahkan asap hitam itu tidak pernah terjadi.
Mungkin rumah bukanlah lagi komoditas yang harus dicicil selama 20tahun, tanah adalah hamparan yang kita bangun bukan aset yang dipagari beton oleh konglomerasi, di masa itu anak bukanlah beban untuk memenuhi kebutuhan pendidikan, kebutuhan pangan, dan kesehatan,tapi anak adalah sebuah anugrah,tenaga untuk menyemai benih.
Jikalau aku hidup di 5 abad silam, aku mungkin sudah menemukan jodohku yang akan menemaniku tanpa memikirkan beban dunia, aku akan menciumnya hingga bibirku kering, kita akan memiliki rumah dengan lahan yang luas agar anak cucu kita bisa bermain.

