Ira sejatinya tak pernah berani menunjukkan buku yang selalu digenggamannya, tak pernah ada yang tahu apa isinya. Entah bergambar(?) coretan nyata(?) atau hanya lembaran kosong yang tak pernah ia biarkan tinta menggoresnya.

"kriiiiing"

Ira menatap detik jarum jam, dirasa aman ia mulai ia mulai berlari menuju tempat ter-aman. Ia buka buku itu, menetes dan mengalir. Satu satunya alasan mengapa pintu bernomor 03 itu tak pernah terbuka sesaat setelag bel berbunyi yaaa jelas, karena Ira didalam sana.

---

Ira kembali mengamati sekitarnya, 03 sudah terbuka lebar ketika ia membuka buku itu. Seperti biasa, mengalir dan pasti ia mulai mencoret bukunya.

---

Ari, yang selama ini tak pernah menggubris Ira kini mulai menelisik, mendapati dirinya terjebak dalam labirin keingin tahuannya akan Ira dan bukunya. Sepulang sekolah Ari tertegun, "buku itu....." dihantui perasaan ingin tahu, Ia memberanikan diri mendekat, menyentuh, dan memegang, dan ya, kini buku itu ada digenggamannya.

---

03 kini bukan satu satunya tempat yang selalu tertutup sesaat setelah bel berbunyi, 01 kini menjadi salah dua-nya.

Ari mulai mengaliri buku itu dengan tangannya, tak perlu pena, Ia mecoret buku itu dengan jari, jari mungilnya yang kini perlahan penuh dengan sayatan.

TAMAT.