Aku mulai menikmati secarik kertas yang menyembunyikan dirinya dalam laci mejaku, ditemani susu vanila pagi ini, tanpa melakukan apapun, hanya dengan melihat, tanpa kusadari, aku merekah;
”Untukmu;
manusia aneh yang setiap harinya selalu mendesak lenganku, untuk apa berebut sepiring nasi? Jujur, aku perhatikanmu setiap hari. Bekal di kotak itu kau kemanakan? Aku selalu bertanya dan bergumam kesal, kenapa memilih berdesakan disini? Tapi…. Aku teringat kembali, karena itu kita berdesakan dan akhirnya aku melihatmu hahahaha.
Oiya, nanti namaku akan kuperkenalkan, tidak sekarang. Masih terlalu dini kan? Rasa rasanya aku tau bagaimana rautmu. Ah ini juga masih terlalu dini….
Sudah, jangan pikirkan bagaimana raut wajahmu, kau sama saja, tetap cantik walau rambut panjangmu acak acakan. Kau suka berlari? Ini masih terlalu dini bukan untuk surat cinta?
Aku tau, tapi kau tak akan tau aku sekarang hahahahaha
Ini sangat menyenangkan. Jangan memikirkanku, apalagi mencari hahahha
Ah sudah dulu, guru biologi datang dengan setelan ungu dan oh itu bunga mawar tapi warnanya biru, memangnya ada ya?
Sudah dulu yaaaaaaa”
Aku benar benar merasa terhuyung, aku terhantam lantunan deru detak jantungku sendiri
“APA INI.” Aku mengelak, kurasakan rona disekujur tubuhku…..
Aku berbisik pada diriku sendiri
“Inikah cinta yang selama ini kubaca di komik komik tak berwarna itu….?”
…….