Kasih, Aduhai Sekali Malam Itu
Kutipan Cerpen Kasih, Aduhai Sekali Malam Itu
Karya wahidkurniawanfwgv
Baca selengkapnya di Penakota.id

Gue tipe orang yang selalu memperhatikan tanda-tanda. Termasuk insting atas terjadinya sesuatu. Semalam, entah mengapa, gue mendapat ucapan “Hati-hati di jalan” lebih banyak dari biasanya. Mereka mungkin mengucapkannya tanpa maksud apa-apa, selain sebagai salam jumpa karena sudah bertemu dan esok atau kapan lagi berjumpa lagi. Itu basa-basi biasa. Tapi, seperti kebanyakan hal yang berlangsung agak tidak biasa, seringnya hal itu menyimpan sesuatu hal, entah itu makna, peringatan, atau apa pun. Sialnya—atau syukurnya?—malam itu ucapan mereka benar-benar memiliki arti, itu sebuah peringatan. Itu peringatan atas kesialan yang datang berderet-beriringan. 


Di Bandar Lampung, keluar dari jalan sekitar kampus, gue hampir serempetan sama motor lain. Gue agak ngelamun, sih, tapi itu tetap nyebelin. Untungnya, itu baru hampir, jadi gue nggak kenapa-kenapa. Lalu selanjutnya, begitu tiba di jalan dekat Transmart, hujan turun tiba-tiba. Gue mengumpat panjang. Agak kebasahan, gue memutuskan menepi. Ya, momen itu memang aduhai. Hujan datang tanpa memperdulikan orang-orang siap atau nggak. Sementara malam itu, gue nggak bawa jas hujan atau mantel. Praktis, gue cuma bisa menepi sejenak sambil menunggu hujan reda. Tapi sial lagi, hujan memang nggak mau reda. Ia cuma agak reda dan menjelma gerimis. Dan karena nggak mau lama-lama di pinggir jalan kayak gelandangan dan kedinginan, gue melanjutkan perjalanan. 

 

Gue memacu motor dengan kecepatan standar, jalanan licin dan gue nggak mau mencari gara-gara. Sepanjang perjalanan, gue mengira-ngira lagi, kesialan macam apa yang bakal menanti di depan? Gue membayangkan beberapa skenario: Pecah ban, hujan lagi, mati lampu sepanjang jalan, kejeblos lobang dan gue kaget, ketemu pengendara kurang ajar, nabrak kucing, kelilipan, dan beberapa lagi. Di jalan, seperti biasa, otak gue memang kerasa lebih kenceng kerjanya ketimbang di waktu dan kondisi lainnya. Tapi sial ketiga kalinya, semua skenario itu ambyar oleh satu skenario paling kampret bagi pengendara motor mana pun: Ada razia polisi dan lo baru nyadar ketika sudah sepuluh meter di depannya, alias, lo nggak bisa muter balik. Maka, diringi umpatan lirih paling aduhai yang pernah gue buat, motor gue lajukan pelan menuju pos bapak-bapak berseragam itu. 

 

Mereka menyapa dan berbasa-basi. Gue menyahut dan beramah-tamah. Salah satu dari mereka tanya soal surat-surat kelengkapan, dan, woila, tentu saja, nggak lengkap. Gue kan nggak punya SIM. Dan karena nggak lengkap, mereka ngasih pilihan: ditahan atau push-up 50 kali. Gue masih pengin tidur di kamar dan jadinya milih push-up. Bertiga dengan pengendara motor lainnya, gue mulai push-up. Satu, dua, tiga, sepuluh, liiimaaa belaaas. Napas gue udah ngos-ngosan parah. Gue berhenti sebentar. Lalu lanjut lagi. Di hitungan keduapuluh lima, tangan gue serasa mau patah. Sesaat, gue menyesali bahwa selama ini gue nggak pernah olahraga, jadi ya tubuh gue kaget. Tapi ya, bapak-bapak itu belum keliatan puas, mereka terus bilang, “Ayo, ayo, hitung lagi. 50 ya!” Gue berusaha, tapi di hitungan tiga puluhan, gue nggak sanggup lagi, tangan udah berat, kaku, kebas. Sadar bahwa anak yang dihukum tampak lemah, mungkin mereka iba, jadi langsung mempersilakan gue buat pulang.

 

Gue pulang membawa kemarahan, tentu saja. Tangan rasanya pegel banget. Gue bawa motor kelewat pelan dan diselingi umpatan sepanjang jalan. Pikir gue, kesialan malam itu berakhir di kejadian penilangan itu. Tapi seperti dugaan lo atas sekian hal yang selalu tak tepat, perkiraan gue pun salah total. Di Tanjung Bintang, daerah tempat tinggal gue, cuaca masih ngambek. Gerimis turun lagi. Lalu begitu tiba di jalan yang sedang mati lampu, hujan menyambar dari arah depan tanpa aba-aba. Aduhai sekali pokoknya. Maka, mau nggak mau, gue menepi lagi. Sebentar. Lalu pas agak reda, gue melanjutkan perjalanan lagi. Tiba di rumah, gue bawa sekian oleh-oleh: Kekesalan, tubuh basah, dan tangan pegel.


20 Apr 2021 10:46
192
Lampung Selatan, Lampung, Indonesia
0 menyukai karya ini
Penulis Menyukai karya ini
Unduh teks untuk IG story
Cara unduh teks karya
Pilih sebagian teks yang ada di dalam karya, lalu klik tombol Unduh teks untuk IG story
Contoh: