Kamu seperti sebuah prosa
Hanya dapat kubaca kata demi kata
Aku berangan ingin berjumpa denganmu
Lalu, aku bisa curahkan segala rasaku
Tapi, mengapa aku terhanyut sampai mencintaimu?
Bagaimana aku begitu egois pada kesedihanku?
Seolah kebahagiaan tak sudi menyapaku
Apalagi tiba-tiba kekecewaan yang merundungku?
Aku acuh tak acuh jika itu terjadi
Aku selalu mendamba dan berspekulasi
Kalau kamulah tambatan hati yang paling kunanti
Tetapi, aku gampang terjerembab
Pada pesona seseorang yang semu belaka
Hanya bayangan yang aku kira nyata