Teruntuk Aku yang Semakin Menua oleh Waktu
Teruntuk diriku, yang kehadirannya pun tak kurindukan,
Yang gemar menyembunyikan luka di balik senyum buatan.
Seorang yang berani memakai topeng harapan,
Padahal luka-luka itu kuukir dengan tanganku sendiri.
Dan terakhir,
Teruntuk dia-yang diam-diam menjadi poros
dalam kisahku yang sekarat pelan-pelan.
Seandainya doaku bisa menyentuh langit,
dan menggugah belas kasih Sang Maha Kasih.
Agar dia tahu-akulah akar dari nestapa.
Sumber duka yang tak henti disesali,
dan harapan diam-diam yang ingin dilenyapkan.
Jika waktu mengizinkan, biarlah kenangan ini menjadi penutup
yang lembut.
Kuharapkan damai bersarang di pelukmu,
Kuharapkan tangan-Nya menjemputku dari
hangat tanpa syarat yang kau berikan.
Kuharapkan malam-malammu tak lagi dingin tanpaku,
melainkan hangat-dibalut ketenangan.
Kuharapkan senyum itu pulih kembali di wajahmu,
yang telah keriput karena terlalu sering menangisi bayang-bayangku.
Tanpa aku, segalanya akan tampak lebih tertata.
Tiada lagi beban yang perlu kau peluk dengan paksa,
Tiada lagi dosa yang menyesakkan langit,
Tiada lagi ragu untuk memilih bahagia.
Anggaplah aku
sebagai luka masa lalu,
yang sebentar lagi
akan mengepul jadi debu dan hilang ditiup angin takdir.
[♫ Terima Kasih Guruku (instrumental) - Ros Tiyansyah]