/1/
aku terlalu takut menerka bagaimana aku akan ditempa dan ditempatkan. aku tidak bisa memilih di mana dan dengan siapa aku akan duduk. barangkali aku akan diajar, atau dihajar pada beberapa babak yang tak tertebak. waktu istirahat hanya jeda yang tidak pernah menyelamatkan.

/2/
tidak lama setelah kukenali semua, barangkali tiba-tiba aku akan pindah ke ruang lain, lalu harus memperkenalkan diri sekali lagi pada mereka yang tidak sungguh-sungguh mengingatku nanti. apakah dengan begitu aku juga bisa mengenal diriku sendiri? apakah aku yang kemarin? bagaimana dengan aku yang esok?

/3/
aku ingat ketika duduk di belakang, garis-garis dan lengkungan huruf hitam tak mampu kulihat di hadapan. pertanyaan yang tidak mampu kutangkap maksudnya. kabur. aku memilih tertidur.

aku masih tidak lupa setelah duduk di tengah, kulihat kepala-kepala yang penuh. namun lisan mereka terkatup bisik yang mengusik, menyebar selisih yang tidak mampu aku selisik.

aku baru tahu sejak duduk di depan, dari belakang, ada alur ancaman--pesan dari mereka yang tak benar-benar kukenali:

jangan bungkam, wakili kami beri jawaban.
a. benar: kau akan kami manfaatkan
b. salah: padamu sisa ketertinggalan

/4/
aku cuma dia yang tidak tahu bagaimana memilih teman sebangku, tidak peduli angka penentu, dan tidak pernah berkuasa atas apa pun.