Kutipan Cerpen
Elegi Patah Hati: Awal dari Akhir
Karya
zuhdijung
Baca selengkapnya di
Penakota.id
"Elegi..", panggilku
Ia hanya termenung menatap rel kosong tanpa adanya gerbong kereta yang datang.
"Elegi..."
Kini ia menoleh kebelakang menatapku.
Terlihat dengan jelas dari raut wajahnya yang terkejut dan sedikit canggung menatapku. Elegi yang memakai setelan rapih ala pekerja kantoran dengan warna hitam dan lipstik merah muda tipis itu tampak nya sama sekali tak bisa menyembunyikan raut wajah polos itu.
"Ah... Danu. Apa kabar?", sapa Elegi spontan.
"Hmm.. Baik, Nothing special", jawabku singkat.
sejenak kami saling pandang dalam waktu beberapa detik. Seolah seperti rekaman yang diputar kembali, kami seolah menembus ruang waktu kembali di saat kami pertama kembali bertemu, satu dekade yang lalu. Waktu yang terbilang lama tapi seolah sangat singkat bagi kami berdua.
"Teng teng teng... Kereta menuju Arah Bogor akan tiba di Jalur 3.", pengumuman singkat dari petugas stasiun Tanah Abang itu membuyarkan lamunan kami berdua. Kami hanya bercakap singkat sebelum kami memutuskan untuk masuk ke gerbong kereta.
Pada saat masuk aku melihat dua tempat duduk yang kosong, aku mengajak Elegi untuk duduk bersama, mungkin bisa melanjutkan percakapan singkat kami tadi. Sial, tampaknya seorang ibu-ibu dengan belanjaan yang setumpuk itu pun menyerobot salah satu tempat duduk. Sehingga hanya menyisakan satu tempat kosong. Elegi tampak mempersilahkan aku duduk, tentu saja aku mengalah dan membiarkan ia duduk. Sepintas terlihat simpul senyum diwajahnya, meski hanya sedikit.
Agak sedikit canggung untuk memulai percakapan. Ia pun tampak membuka ponsel nya yang disimpan di tas bermerek Louis Vuitton. "Ah.. masih merek yang sama", batinku. Elegi tampak memasang wajah tak ingin diganggu. Aku pun ragu memulai percakapan.
Ketika aku tampak serius memandang layar ponselnya, entah ada angin apa, ia mengadahkan kepalanya dan menatapku, spontan saja aku langsung membuang pandanganku jauh-jauh dari ponselnya dan menatap jendela kereta. Aku tak tahu muka apa yang dipasang Elegi ketika aku ketahuan menatapnya. Mungkin saja ia memasang wajah "I got You! You stare at me!"
"Dan.. Gimana kabar Ikha?", tanya Elegi singkat
"Ah Ikha? Dia baik-baik saja. Mungkin dia ingin ketemu denganmu.", jawabku singkat menjelaskan orang yang kini paling ku sayang itu.
"Ah.. Pasti menyenangkan ketemu dia", celetuk Elegi menyunggingkan senyuman sinis kepadaku.
Usai pertanyaan itu kami pun tak bercakap apapun lagi. Kereta ini sejatinya cukup penuh dengan banyaknya orang berbisik dan berbincang. Tapi entah kenapa dengan kami berdua. Aku seolah tak mendengar suara apapun. Fisik ini mungkin terjebak dikeremunan banyak orang, tapi kala berhadapan dengan ia, tampak seperti kosong.
Hingga akhirnya kereta ini berhenti di stasiun Tebet, Elegi pun turun. Aku pun juga ikut turun. Kemudian kami berjalan mendekati pintu keluar. Aku tampak tersenyum melihat pundak dan rambut hitam lurusnya dari belakang. Elegi tampak tak nyaman, mungkin ia sadar aku seolah mengikuti dia. Ia pun tetap berjalan, hingga akhirnya pada saat setelah keluar stasiun ia berbalik dan memandangku penuh 'curiga', Aku pun langsung menundukkan wajahku dan menyembunyikan senyumku.
"Danu.. Cukup. Kita sudah berakhir kan? Tolong.. Jangan ikuti aku lagi, Sana kembali ke kereta dan pergi ke kantormu", tegas dia menatap mataku.
Aku hanya tersenyum dan menjawab, "Ah.. Tapi sepertinya aku nggak bisa balik lagi ke kereta"
"Kenapa? Kamu nggak ada ongkos? Wah kamu masih miskin ya dari dulu. Sini aku ongkosin", ujar Elegi setengah mengejek. Ia pun tampak mengeluar beberapa rupiah untuk diberikan padaku.
"Nih.. 20.000 cukup kan buat sampai kantor.."
"Maaf, tapi aku ada ongkos yang cukup kok untuk pulang-pergi kantor-rumah"
"Yaudah bagus silahkan kembali ke kereta..", perintah Elegi kembali
"Tapi kantor aku kan dideket stasiun Tebet ini.", jawabku singkat membuat Elegi diam mematung.
Elegi lantas membalikkan badan dan tampak memukul dirinya sendiri, ia telah salah paham. Aku hanya tersenyum kecil saja.
Elegi pun segera menghilang dari pandanganku. Entah ia masuk ke kantor yang mana.
Mungkin Elegi masih ingatnya kantorku ada di daerah Simatupang. Ya tak salah juga, kantorku memang masih disitu. Kebetulan aku baru dimasukkan di Project Team salah satu client kami yang kantor di dekat Stasiun Tebet.
Aku pun tak pusing memikirkan kejadian Elegi tadi. Lantas segera kulihat ponsel dan mencari alamat kantor Client kami. Ini pertama kalinya aku ke kantor mereka.
Di ponselku tertera, "HO PT BTS (Banjar Tani Sejahtera)" berada di Jalan Tebet Raya No. 14" Aku pun mencari-cari sekitar 5 menitan dan ternyata tempatnya tak jauh dari tempat aku dilabrak Elegi tadi.
Aku pun langsung menuju meja resepsionis dan memperkenalkan diriku. Mbak-mbak resepsionis langsung mengarahkan diriku ke Ruang Meeting. Ya, ini meeting pertama kita. Aku sangat berharap client kami benar-benar orang yang ramah dan bisa diajak sharing bareng. Karena setidaknya ia akan jadi 'atasan' sementara ku selama 6 bulan ini.
Selagi menunggu Tim dari Client datang, aku bersiap-siap mengeluarkan laptopku. Aku juga sedikit merapihkan kerah kemeja dan rambutku yang tampak sedikit berantakan. Usai merapihkan aku pastikan lagi file-file presentasiku siap. Dan baru beberapa detik melihat laptopku. Pintu ruang meeting dibuka.
Satu persatu tim project dari client masuk. Mereka tampak rapih dan professional. Hingga akhirnya seorang wanita terakhir masuk dan membuat jantungku berdegup kencang. Ya, dia adalah Elegi.
"Habis Aku....", batinku.
Unduh teks untuk IG story