HUMANIORA
26 May 2019 22:29
1018
Hotel Mumbai dan Tikungan Tragedi

Penakota – Pada peristiwa terorisme yang terjadi di seluruh dunia, selalu tersirat banyak motif mengapa kekerasan bisa terus menerus diproduksi. Media tak henti menyiarkan para pelaku atau sindikat di balik kejadian tersebut. Lalu, bagaimana bila kejadian terorisme tersebut terjadi di dalam film? Seperti Hotel Mumbai, yang rilis di Indonesia tahun 2019 ini. Film ini menggambarkan sisi kejahatan terorisme pada saat tragedi Hotel Taj Mahal tahun 2008. Bagian kisah ini diambil dari kisah nyata, dengan beberapa montase dan potongan berita tahun 2008 yang benar-benar nyata. 

Di balik tragedi kemanusiaan yang dijagal oleh teroris, terdapat salah satu karakter pahlawan yang menyelamatkan para pengunjung di hotel yang bergelimang konflik. Ia bernama Arjun. Ia adalah pekerja pelayan di restoran VIP hotel tersebut. Lalu pahlawan kedua bernama Hemant Oberoi, kepala dapur yang menyiapkan tempat penyelamatan paling rahasia di dalam Hotel Taj Mahal, yang tentu tidak dapat diakses oleh siapapun.

Pada perputaran adegan dan kebiadaban terorisme terjadi, Arjun dan para pengunjung hotel sedang menikmati makan di restoran hotel dan mereka terjebak. Saat terdengar suara tembakan yang nyaris dekat pada kejadian, di sebuah resepsionis, Arjun tampak mulai bergegas untuk memadamkan lampu dan mengunci pintu restoran agar terlihat seperti ruangan yang tidak dipakai. Para pengunjung yang menikmati santapan, menunduk dan bersembunyi di bawah meja. 

Arjun membawa beban, sebuah tanggungan nyawa para pengunjung dimana ia hanya sendirian disana, sebagai pelayan sekaligus kepala yang menangani para pengunjung seluruhnya. Selama kejadian berlangsung, Arjun meminta para pengunjung untuk tidak panik, dan tetap pada keadaan diam. Lalu Arjun memikirkan untuk mencari cara. Di sisi lain, karakter seorang Eropa yang sedang berlibur, mencoba menyelamatkan anaknya yang baru lahir di kamarnya sendirian, bersama baby sister yang terjebak. Sang istri juga berada di dalam restoran dan terjebak berdua. 

Kemudian, ketika Arjun melihat suasana sudah kondusif, ia mencoba membawa pengunjung untuk melewati tangga darurat: terdapat pintu yang dekat dengan pintu restoran. Mula-mula Arjun yang mencoba sendirian. Membuka pintu dan melihat keadaan lantai dasar dan tempat resepsionis yang sudah penuh mayat. Para teroris sedang berjaga di sana, agar tidak ketahuan, Arjun memberi aba-aba untuk masuk ke pintu darurat dengan tidak berisik. 

Di ruang rahasia itulah, Arjun membawa para pengunjung untuk diselamatkan, yang di sana adalah pahlawan dari Kepala Dapur, Hemant Oberoi. Selama kejadian masih berlangsung dan para pengunjung terjebak di dalam hotel, polisi mengepung tempat. Membawa pasukan yang kemudian terbunuh di tangan para teroris. Dalam keadaan mencekam, Arjun juga membawa nyawa dirinya sendiri, sekaligus nyawa untuk orang lain. 

Film yang mengantarkan narasi pertarungan dan oposisi biner ini coba menawarkan sesuatu yang lain. Terorisme bukan hanya persoalan moral dan anasir agama, ia bisa berupa konflik psikologis dan jejak kehidupan sebelumnya. Termasuk penyelamatan dua tokoh in untuk para pengunjung. Hotel Mumbai menggambarkan kebiadaban sekaligus kemanusiaan di dalamnya. Arjun dan Hemant Oberoi yang menyelamatkan para pengunjung hotel bagai Deus Ex Machina dengan tindak tanduknya.

Selain adegan penyelamatan, peperangan dan baku hantam tidak luput dilupakan. Beberapa adegan membawa penonton seperti berada di dalam Hotel Taj Mahal, dengan beberapa peluru senjata yang menembak siapapun dan suara-suara ledakan yang tidak berhenti. Pada adegan menegangkan tersebut, tampak dua malaikat sedang menyelamatkan dan mengawasi pengunjung agar nyawa mereka tidak berada di tangan teroris biadab. Hotel Mumbai bukan hanya menampilkan aksi teror yang patuh pada realisme, melainkan refleksi kehidupan serta pengambilan keputusan di dalamnya.