Bagian 7
Di München, dalam bayang-bayang dua bintang Auswählen
Einstein menjelma maestro piano
Yang memainkan aransemen Ein Heldenleben
Ia tak tahu kenapa do lebih rendah hati, atau so dan si lebih serasi
Aku bukan penyihir sonata, aku hanya penyair teorema-teorema
Harusnya kau disini nona untuk menjelaskan semuanya
Sehingga aku punya waktu untuk menyelami matamu dengan gaya pura-pura tau
Lalu nona, ijinkan saya berbicara tentang “cinta tersesat”
Harusnya aku partikel debu dalam ledakan big bang yang tersasar di galaksi yang acak
Tak kuprotesi entropi-entropi yang membuatku jatuh di Bimasakti
Biarkan mereka berliberasi, memilih kodratnya sendiri
Sehingga ruang pelan-pelan membentuk rambut, wajah, tubuh, kaki, tangan, dan aku
Begitu juga denganmu,
Lalu waktu mempertemukan nebulamu dan netraku
Pada waktu itu, pertemuan kita bukanlah kesalahan tidak juga dirancang
Nona, bukankan kita adalah partikel atom yang diikat oleh senyawa yang dinamakan renjana?
Nona, seperti ledakan big bang yang masih asing di gendang telingamu
Nada tertinggi mencintai adalah tidak merelakanmu pergi
Oleh karenanya dirimulah yang tak habis-habisnya kutangisi