ada yang mencuri puisiku beberapa hari yang lalu.
tapi sejak awal puisi-puisiku tidak pernah bertuan.
saat aku semester baru, mereka pernah bertanya:
pada siapa puisi ini harus menghamba?
akhirnya aku jawab saja nama lengkap pria yang
debu di sepatu hitamnya lebih aku sukai daripada dunia dan seisinya,
meski ia tak mungkin akan membaca
namun, sekali lagi, puisi-puisiku tidak pernah
bertuan.
mereka selalu kembali ke pelukanku tanpa tuannya.
kubiarkan saja penyair lain mencuri puisiku.
kubiarkan saja wanita lain mencuri pria itu.