Tanpa pikir panjang ia langsung mencari kursi yang sesuai dengan nomor yang diberi dan mendudukinya didampingi oleh sang ibu, adik pertama dan ketiganya di dalam pesawat. Baginya ini adalah pengalaman baru terbaik selama kurun waktu lampau yang telah dirasakannya dengan dibersamai niat beribadah juga bertamasya menuju tempat bermulanya peradaban Islam pertama sambil mentadabburi nikmat Sang Pemberi. Segala doa dan harapan ia panjatkan kepadaNya memohon perlindungan, keselamatan dari marabahaya, dan kemudahan dalam perjalanannya mulai dari perginya sampai pulangnya ke Tanah Air tercinta, terlebih saat pesawat take off dan mulai terbang di atas langit menemani udara, burung-burung, awan-awan, serta pemandangan yang indah nan elok.
Duduk di kursi nyaman dan empuk yang telah tersedia di hadapannya layar kecil untuk menonton, mendengarkan musik dan murattal, melihat peta dunia, dan beberapa informasi mengenai kapal terbang yang dinaikinya ia berharap jam tidaklah seperti detik yang berlari mengejar angka tiga belas sebab itulah hal terbaik ketiga dari dua lainnya. Begitu ia menyalakan layar di tatapannya guna mencari tahu sedikit maklumat tentang kapal ini kesabaran, ketabahan, juga kemampuannya diuji oleh situasi dan kondisi. Lantas dengan berbekal ilmu yang ia timba dan kuasai juga pahamnya di tempat tinggal keduanya ia berusaha untuk mengerti apa yang tercantum dalam layar, bertekad untuk mengulik informasi walau kurang dari kata cukup, dan mencari-cari kolom yang memuat apa yang diinginkannya. Pada akhirnya ia menyerah setelah membuka dan membaca sekilas teks saja lantaran menggunakan bahasa arab kekinian yang tak dapat ia maknai. Walau telah diubah ke dalam bahasa inggris tetap saja keberuntungan tak berpihak karena ia juga salah satu titik lemah dalam kehidupannya. Di saat yang bersamaan website penerjemah juga tidak berguna dengan internet yang tidak mendukung gadget genggamannya.
“Ini kayak gimana ya? Ngartiin aja kaga bisa apalagi paham. Et susah banget dah. Au ah mufradat yang udah hafal juga kaga guna kalo kayak gini mah jadinya. Pake google aja kali ya? Lah iya, jaringan aja kaga ada gimana mau buka. Hadeeh useless bet ni HP”, pikirannya yang sudah galau berkata.
Hingga ia memilih untuk mendengarkan musik arab selagi menunggu pramugari yang membawakan makan dan minum untuk para penumpang datang.
Di awal-awal penerbangan semua berjalan tanpa kendala sedikitpun dengan stabilnya kecepatan dan ketinggian pesawat serta ketenangan para penumpang. Namun muncullah alarm kecil yang kian membesar hingga terdengar lainnya dan menimbulkan kekhawatiran serta rasa panik mengalir di dalam pembuluh darah. Ya, itulah dia yang diwanti-wanti akhirnya terjadi. Teriakan dari di kecil mungil dibawah dua tahun yang seolah-olah merasa ia bosan, jenuh, tidak betah, dan ingin berkeliaran seperti di rumahnya. Di sinilah kesabarannya dites kembali oleh Tuhan Yang Maha Kuasa terutama sang ibu yang kebingungan dan kerepotan menanganinya. Hal ini menjadikannya merasa iba dengan membantu menenangkannya. Semua tenaga dan usaha telah dikerahkan untuknya bahkan sampai-sampai si ibu menggendongnya berjalan menuju bagian belakang pesawat, melewati para penumpang yang beristirahat, dan lalu kembali ke tempat awal berulang-ulang. Kadangkala ia berhenti sebab lelah meneriaki diri sendiri, tapi semangat menangisnya mengalahkan rasa itu. Seandainya ia adalah orang yang sudah bisa berpikir dan memahami perasaan orang lain niscaya akan memukul si kecil tepat di bagian wajahnya demi kenyamanan bersama sekalipun ia tewas sebabnya. Syukur kepada Sang Khaliq kejadian itu terjadi di saat kapal sedang posisi turun menuju permukaan tanah karena memang di saat itu mesin terdengar lebih kencang dibanding sebelumnya yang dikira menjadi faktor si kecil menangis sebab merasa tidak nyaman.
Seusai landing di International Hamad Airport, Doha, Turki ia bersama rombongan menunggu ketibaan kapal terbang berikutnya untuk transit dengan menenangkan diri dan mengqada kewajiban agama yang tertinggal selama penerbangan berlangsung. Di sana mulailah terlihat keragaman dari banyak sudut. Warna kulit, postur tubuh, bahasa, dan logat adalah yang paling timbul dibandingkan dengan di lingkungan tempatnya tumbuh bersama dengan sejenis. Dari lubuk hatinya yang terdalam sebenarnya ia ingin sekali bertegur sapa atau minimal merespon ucapan orang asing yang berada di sekelilingnya sebab sang bapak yang mahir, lancar, bahkan dapat menjadi akrab dengan mereka dengan bersenda gurau bersamanya menggunakan bahasa akhirat. Dengan melihat kembali potensi dirinya yang jauh dari kata mumpuni bahkan cukup ia merasa tak pantas untuk demikian, sehingga lebih baik baginya bungkam mulut daripada terlihat sok keren dan hebat di mata orang lain. Walaupun sudah berkali-kali diingatkan dan ditegur oleh bapak untuk mencoba mengajak berbicara lawan bicara yang berbeda bahasa dengannya lantaran akan terasa feel yang tak serupa selama terdidik di pesantren, melatih percaya diri, serta skill bilingual tetap saja ia memilih menjauhinya dari mencoba menghadapi kesempatan yang jarang datang.
“Pengen tau ngobrol sama orang sini sekali-kali ya, kan. Sekalian ngelatih mental sama skill bahasa arab yang biasa dipraktekkin di pesantren. Tapi takut coy. Mereka kan udah biasa ngomong pake bahasa itu juga lancar, lah saya apa. Bengong aja nanti, ora paham. Apalagi yang badannya tinggi hitam kaya dia. Beuhh ngeri coy”, ucap kecil di mulut pesimisnya.
Beberapa jam berlalu menunggu yang akhirnya tiba sesuai harapan yang diberikan. Ia dan lainnya bergegas masuk ke dalam kabin yang akan mengantarkan kepada tujuan utama di negara paling disohor penjuru dunia yang diidolakan banyak jiwa, Arab Saudi. Sebagaimana kelakuan di kendaraan sebelumnya ia juga melakukan hal yang sama untuk kedua kalinya. Selimut lembut diiringi lantunan murattal kitab suci Islam yang disetel oleh bapak di sampingnya membuat kelopak matanya turun perlahan sembari kedua telinganya menyimak kemerduan.